Skip to main content

Ilmu Sebelum Amal

#latepost 

Terdapat sebuah momen selepas Isya' dan Tarawih hari ini yang mengingatkanku pada kalimat "Ilmu sebelum amal". Kamu pasti pernah mendengarnya juga, kan? Bahkan, Imam Bukhari juga menuliskan sebuah bab tersendiri dalam kitabnya yang menyatakan "Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan".

Nah, baru saja aku dan beberapa teman berada dalam (katakanlah) sebuah majelis ilmu. Kami saling berbagi satu sama lain mengenai topik tertentu yang kami sepakati untuk kami pelajari selama Ramadhan ini. Ketika seorang temanku menjelaskan dan memberikan pencerahan sejelas-jelasnya mengenai suatu topik, aku langsung menyeletuk, "Ya Allah, ternyata sebenarnya aku melakukannya dengan benar selama ini. Tapi, aku lupa atau bahkan belum tahu kenapa harus seperti ini, syarat-syarat apa saja yang ada di baliknya, dsb. Aku lakuin terus aja karena memang itu yang pernah diajarkan guruku ketika masih kecil."

Pembahasan berlanjut topik demi topik hingga tiba pada satu-dua topik yang cukup menamparku lagi. Aku tahu aku terkadang ragu melakukannya selama ini. Apakah cara yang kulakukan sudah benar atau belum, aku malah melanjutkan saja sesuai feeling dan pembenaranku sendiri. Ternyata, aku salah dong. Yang benar A, aku malah melakukan B.

That's why penting sekali untuk mempelajari ilmu sebelum beramal, sebelum berucap dan bertindak. Contoh sederhananya dalam memasak. Akan lebih terasa lezat masakan kita jika kita mempelajari dulu cara memasaknya, dimulai dari memilih bahan-bahannya, mengolahnya, hingga mencampurkan semuanya. Apalagi dalam hal lain yang butuh mendalaminya terlebih dahulu sebelum benar-benar bisa terjun di bidang tersebut, seperti ilmu keteknikan, kedokteran, psikologi, dsb.

Bagaimana kalau sudah  terlanjur beramal dulu dan belum mendalami ilmunya sepertiku tadi? Sadari dulu bahwa kita memang belum cukup ilmu sehingga ada dorongan dari dalam diri untuk terus mempelajari ilmunya sembari tetap mengamalkannya. Dengan begitu, sekalinya kita mendapat ilmu baru yang benar, kita tahu letak kesalahan kita, lanjut berupaya untuk memperbaikinya. Agar tidak senantiasa melakukan rutinitas dengan pembenaran sebagai dalilnya.

Ternyata, dalam Q. S. Al-Fatihah ayat 6-7, Allah pun membagi manusia ke dalam tiga golongan terkait mendapat hidayah ilmu:
Pertama, golongan orang yang mendapat nikmat, yang mengikuti ajaran Allah dan Rasulullah dengan benar.
Kedua, golongan orang yang dimurkai, yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya.
Ketiga, golongan orang yang tersesat, yang beramal tetapi tidak berdasarkan ilmu yang benar.

Semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang pada golongan pertama, yang Allah beri nikmat karena berilmu dan mengamalkannya. Bukan jalan orang-orang yang tersesat, apalagi dimurkai. Dengan terus belajar dan belajar mencari kebenaran ilmu dan tak lupa mengamalkannya. Bukankah mencari ilmu itu sepanjang hayat?


#ntms #notetomyself

Jumat, 8 Mei 2020

Comments