Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Ketetapan Terbaik

Pictured by Dimas or Didit *I don't know exactly, hehe* Bukankah tidak ada yang lebih menyedihkan dari berhenti berharap atau kehilangan harapan? Namun, perlu kita ingat pula, tetaplah Allah satu-satunya Sang Pemberi Ketetapan terbaik atas seluruh harapan kita.  Maka, bukankah akan lebih baik lagi jika kita memohon untuk selalu diberi kesabaran, kekuatan, keikhlasam, dan kemampuan berlapang dada atas segala ketetapan terbaik dari-Nya?  Jika tidak, jangan pernah salahkan Allah jika pada akhirnya kita kecewa atas angan-angan ketetapan terbaik yang kita buat sendiri.  Sungguh, itu bukan karena Allah tidak menyayangi kita.  Kita saja yang belum memahami sejauh mana tangan Allah bekerja. #ntms ZIR

Hmm..

Seketika, pertanyaan ini menyergapku. Selama ini kamu mengajar anak-anak kecil memang  benar-benar  berniat untuk membantu mereka atau tidak? Kamu menjadi Staff Sosdev, bahkan jadi PIC Sekolah Inspirasi, ikut mengajar adik-adik di kampung binaan ormawa-ormawa lain, 3 minggu mengabdi di Probolinggo, bahkan sekarang mulai merintis Komunitas Sahabat Belajar untuk anak-anak marjinal di Surabaya, memang  benar-benar  berniat  tulus untuk membantu mereka atau sekedar memenuhi kepuasan diri atas 'ketagihan' bertemu, bermain, dan belajar dengan mereka? Pertanyaan itu ditujukan untukku, kok. Bukan untuk kamu, bahkan kalian. #ntms ZIR

Ternyata, semenyenangkan itu ya memiliki teman :)

Yuk, ucapkan "Terima kasih" kepada teman-teman kita. Tanpa mereka, hidup kita bakal flat, bukan? Tanpa mereka, tidak akan ada pembicaraan anak muda dengan idealisme setinggi puncak Jaya Wijaya (atau mungkin lebih tinggi, hehe) . Tanpa mereka, mana mungkin kita bisa melanglang buana menyusuri berbagai sudut di kota perantauan. Tanpa mereka, bukankah kita sering merasa kesepian? Mengaku saja :D Memang semenyenangkan itu ya rasanya memiliki teman. Hai, teman-temanku. Apa kabar kalian? Hehe. *foto ini hanya sebagai perwakilan dari banyaknya foto dengan teman-temanku selama ini. Nanti malah  spamming kalau aku upload banyak foto, hehe. #randomtalk ZIR

Berbisnis Ala Rasulullah

Kita semua menyadari bahwa perkembangan bisnis saat ini sudah seperti debu yang bertebaran ke berbagai arah. Berbagai kegiatan jual beli pasti terlihat di banyak tempat di perkotaan maupun pedesaan. Di tempat terpencil sekalipun, setidaknya minimal ada sebuah transaksi jual beli walaupun hanya dilakukan secara barter. Terlebih lagi, perkembangan teknologi menyebabkan kegiatan bisnis bisa dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja, bahkan oleh seorang anak SD sambil rebahan di atas tempat tidurnya, tidak selalu terlihat oleh kebanyakan orang di luar sana. Aku sendiri bukan seseorang yang tertarik menggeluti dunia bisnis. Sempat waktu itu bergabung dalam tim bisnis yang diinisiasi temanku, namun hanya bertahan sekian waktu dan malah mengajukan resign tepat setelah mengikuti kompetisi Pekan Mahasiswa Wirausaha sekitar 4 tahun lalu. Parah ya, tolong jangan ditiru. Dan beberapa hari lalu, salah satu sahabat SMP-ku yang kini sedang menjalani kesibukan dokter mudanya di Surabaya, malah

Kita Harus Kaya. Iya, Umat Islam Harus Kaya.

"Sekarang belanja tiap hari mesti habis Rp xx ribu, Kak. Ndak cukup Rp xx ribu kayak biasanya. Harga A naik, biasanya Rp3.500,-, sekarang jadi Rp5.000,-. Harga B naik. Harga C juga naik. Semuanya naik." Aku tidak menanggapi secara langsung keluhan Mama pagi itu. Sangat paham kalimat lanjutan yang akan diucapkan beliau jika membicarakan mengenai sesuatu yang tidak luput dari pembicaraan ibu-ibu, 'perekonomian dasar' yang menyangkut hidup setiap manusia di setiap sudut rumah, kebutuhan primer yang menentukan setiap hari kita mampu menjalani hari dengan segar bugar atau malah teronggok lemas dengan perut melilit menahan lapar. Pikiranku melanglang buana menuju sebuah kesimpulan yang boleh kalian setujui atau tidak. Karena kesimpulan ini murni dari pendapatku seorang diri, belum kudiskusikan dengan siapapun, termasuk seseorang yang menyebabkanku mengakhirkan pikiranku pada kesimpulan ini. Entahlah, bahkan bisa jadi suatu saat aku berubah pikiran. Atau bisa jadi aku

Sebersit Perenungan Awal Tahun

Tahun baru  masehi seringkali menjadi penanda awal yang baru bagi kebanyakan orang di belahan benua manapun. Tak sedikit yang menggaungkan semangat baru, hingga  social media  mereka dipenuhi dengan cuap-cuap tentang itu. Kaleidoskop tahun sebelumnya juga memenuhi sudut kenangan mereka akan pencapaian-pencapaian yang telah dilalui. Berharap di tahun yang baru tersebut akan menjadi tahun dengan pencapaian-pencapaian lain yang lebih memukau daripada sebelumnya. Hingga jurnal harian, catatan di tembok kamar, atau catatan di beberapa sudut rumah mereka menjadi saksi tertulisnya resolusi besar baru, menjadi pengingat kala diri mereka kehilangan semangat menjalani hidup atau lupa sesaat akan tujuan yang telah ditetapkan di awal. Patut diacuingi  jempol bagi mereka yang melakukannya. Menandakan bahwa mereka memahami visi hidupnya dengan merincikan misi, hal-hal yang akan mereka lakukan untuk mencapai puncak tertinggi  tangga  visi mereka. Apalagi dibuat secara detail setiap tahunnya. Men