Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Udah Nggak Main Instagram, Zi?

Tanya beberapa orang.. “Kamu sudah nggak main Instagram ya, Zi?” “Zii, kok nggak bales DM-ku?” Kataku.. “Rek, kalau ada kabar-kabar penting di story orang, kabari ya. Contohnya waktu si A sakit.” “Maaf yaa, baru buka Instagram. Jadi ndak tau kamu mention aku bahas apa di story-mu.” *** Pict source: id.techinasia.com Yap, sejak tanggal 20-an Desember 2017 lalu, aku memilih mengurangi bermain Instagram, salah satu media sosial yang hingga Januari 2018 mencapai 800 juta pengguna di dunia dan Indonesia merupakan negara ke-3 dengan jumlah pengguna aktif terbesar setelah Amerika Serikat dan Brazil (baca informasinya di sini ). Wow!! Dan beberapa minggu setelah itu, muncul pertanyaan dari beberapa temanku sesama pengguna Instagram yang kebetulan mention akunku di story mereka, dengan pertanyaan yang hampir sama satu sama lain dengan dua kalimat pertanyaan yang kusebutkan di atas. Pastinya, mereka menanyakanku melalui media lain, kan waktu itu aku tidak buka I

Sahabat Belajar, Satu Langkah Kecil untuk Kebaikan Indonesia

Berawal dari ajakan Endah untuk ikut mengajar anak-anak kecil lagi di salah satu kampung binaan organisasi kerohanian Islam kampusku sekitar bulan Mei 2017 lalu, tepatnya di sebuah kampung marjinal daerah Keputih Tegal Timur Baru, Surabaya, yang biasa kami sebut dengan Keputih Tinja karena letaknya dekat dengan tempat pengolahan tinja milik pemerintah, kami berempat memulai perjuangan ini. Malam itu, pertama kalinya aku bertemu dengan Dika. Dari awal bertemu, fisik Dika terlihat sangat baik-baik saja. Namun, aku merasa ada yang berbeda saat aku mengajaknya belajar angka dan huruf. Dika yang saat itu sudah berumur 9 tahun dan sedang menempuh pendidikan kelas 1 SD, belum bisa membaca sama sekali. Membedakan huruf yang ada di hadapannya sangat sulit. Memahami angka hanya sebatas angka 1-10 dan seringkali masih terbolak-balik. Selain itu, seringkali aku menemukannya kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mengoceh tidak jelas, merasa terusik hingga langsung membentak dan memukul teman-tem

Ayah

Izinkan aku mengatakan bahwa hingga saat ini, Ayahku-lah satu-satunya laki-laki paling romantis yang aku temui. Tidak dapat aku pungkiri, Ayah termasuk orang yang berwatak keras, tegas, sering kali memaksakan kehendak kepada Mama maupun kedua anak perempuannya. Namun Ayah juga tidak jarang menunjukkan kelembutan hatinya bagai karakter Hello Kitty. Sejak aku kecil, Ayah yang selalu mengantarkanku mendaftarkan sekolah. Pernah waktu itu Ayah mengajakku mendaftarkan diri ke salah satu SD terbaik di kotaku meskipun seingatku sudah melewati batas waktu pendaftaran dan Kepala Sekolah mengaku bahwa kuota sudah penuh. Namun, Ayah tetap memperjuangkan agar aku dapat diterima di SD tersebut, dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang telah aku raih selama aku TK. Ayah yang mengantarkanku mendaftarkan diri ke SMA di Bangil dan di Surabaya. Ayah yang selalu menemaniku menjalani proses seleksi di dua sekolah tersebut. Meskipun Ayah harus tukar shift kerja bahkan sempat pula mengambil jat