Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2020

Are We That Expert?

Pernah nggak sih kalian merasa sudah paham banget tentang sesuatu saat baru saja mempelajarinya? Contoh sederhananya seperti akhir-akhir ini. Pasti banyak dari kita yang tiba-tiba atau memang merencanakan untuk ikut berbagai kelas online sambil mengisi waktu di rumah aja. Ada yang hanya sekali sesi, ada yang sampai beberapa kali sesi dalam sebulan.  Nah, tepat sehabis mengikuti kelas online tersebut, pernah nggak sih kalian merasa "Wah, akhirnya aku tahu dan paham tentang ini"? Dan secara sadar maupun tidak, ada sedikit perasaan bahwa kalian lebih mengerti dan lebih pintar dari teman-teman kalian yang lain. Bisa kalian jawab sendiri ya. Kalau aku pernah. Dan ternyata, berdasarkan penelitian psikolog David Dunning dan Kruger pada 1999, semua orang pasti pernah mengalaminya. Hal ini disebut sebagai The Dunning-Kruger Effect (go to this link ) , yaitu kesalahan berpikir yang menyebabkan seseorang meyakini bahwa ia lebih pintar dan lebih mampu dari pemahaman dan kemampu

Pengalaman Pertama (Lagi)

Untuk ke sekian kalinya dan baru saja menuntaskan pengalaman pertama lagi, tepat beberapa menit lalu sebelum menuangkannya di sini. Setelah seharian hectic urusan pekerjaan. Buru-buru memasak makanan dan menyiapkan takjil untuk berbuka puasa. Sering kali cek jam pada smartphone . Mengingat-ngingat kapan saja perlu memberikan informasi ke para peserta, narasumber, dan mengundang beliau ke grup.  Deg-degan menunggu narasumber yang tidak kunjung muncul saat sesi pengantar materi. Dan WOOOOSSSSSHHH!!!! Seketika semua perasaan itu tergantikan oleh senyuman yang tersimpul pada bibir. Semangat menunggu detail penjelasan dari narasumber. Ya, super detail ilmu yang disampaikan beliau. Suasana diskusi yang hidup. Interaksi narasumber-peserta yang terasa dekat tanpa sekat. Alhamdulillaah wa Maasyaa Allah... Terima kasih atas kesempatan yang Miw dan tim Teman Belajar Bundi berikan untukku belajar mengarahkan jalannya Kulwapp hari ini. Such a valuable and heartwarming experienc

Pengalaman Pertama

Sejak awal kerja dari rumah (anggap saja rumah),  aku memutuskan untuk mulai menekuni aktivitas yang hampir tidak pernah atau jarang aku lakukan. Salah satunya adalah memasak. Aku selalu ingat efek luar bisa dari "pengalaman pertama" ini. Saat menjadi Pengajar Muda di Maluku, banyak hal yang pertama kali aku lakukan di tengah proses adaptasiku di lingkungan baru. Sesederhana naik gunung, naik spit ( speed ) malam hari diterangi sinar bulan purnama, memasak bersama teman-teman/adik-adik piara, makan pisang santan, makan tombong (isi buah kelapa, kalo kata Alief namanya kentos haha), dan masih banyaaak lagi yang tidak bisa kusebutkan satu per satu. Di tengah kondisi yang baru dan berbeda dari biasanya ini, aku ingin mencobanya lagi. Aku ingin merasakan kembali sensasi "pengalaman pertama". Tertantang, deg-degan, bingung, senyum yang merekah, tidak terlupakan, yang berakhir syukur dan bahagia. Agar tidak perlu lagi mencari-cari makna bahagia di luar sana ketika

MYTHOUGHT #1: Alasan

Aku selalu percaya, setiap orang pasti memiliki alasan tersendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kita tidak bertanggung jawab atas alasan-alasan itu. Tugas kita hanya perlu menghargai alasan-alasan yang mereka pilih secara sadar atau pun masih dalam masa pencarian alasan yang sebenarnya. Pict source: weheartit.com Sepertiku yang memilih untuk mengurung diri di kamar. Sepertimu yang setiap hari mengunggah foto artistik di Instagram. Sepertinya yang melepas jabatan demi kembali menyatu dengan alam. Seperti mereka yang melakukan aksi damai untuk memperjuangkan hak-hak rakyat. Seperti kita yang terus belajar memahami kuasa Tuhan.

Jujur Terhadap Diri Sendiri

"Yes woman" menjadi salah satu label yang diberikan oleh teman-temanku dulu saat masih kuliah. Hampir seluruh ajakan, permintaan tolong, bahkan pemberian amanah dalam suatu organisasi selalu ku-iya-kan tanpa memikirkan kondisi diriku sendiri. "Tidak enakan sama orang"  kupahami sebagai alasan terbesarku masih tetap melakukannya. Pontang-pantinglah diriku selama 4 tahun lebih menjalani perkuliahan plus seabrek urusan non-akademik sejak pagi hari hingga pagi lagi.  Entahlah, aku mau melakukannya, tidak ada rasa kecewa atau menyesal karenanya. Meskipun Mama sering menyarankanku untuk lebih memikirkan diriku, tapi aku akan semakin merasa sedih dan bersalah ketika mengatakan "tidak". Teman-temanku sampai bosan mendengar kata "maaf" dari mulut seorang Zizi yang menurut mereka tidak tepat dan sama sekali tidak berguna dengan dalih bahwa aku tidak bersalah sama sekali. Hmm... tak tahukah mereka betapa muramnya diriku jika sampai ada seseorang yang

Dialog Zi & Ze #1: Bungkus Permen dan Isinya

Sore yang damai. Diiringi hujan yang menyejukkan, tidak deras, tidak juga rintik-rintik, secukupnya.  Sebuah keputusan yang tepat aku pindah kamar yang memiliki dua jendela menghadap keluar. Sirkulasi udara jadi semakin baik dan terasa segar setiap hari. Kuhirup napas dalam-dalam, bau tanah karena hujan selalu menenangkan.  Baru saja kututup laptopku, menuntaskan pekerjaan sedari tadi siang. Aku bermaksud rebahan sebentar saja sebelum bersih diri dan melanjutkan membaca buku yang baru tiba beberapa hari lalu. Nikmat Allah yang tidak mampu aku dustakan saat meregangkan seluruh tubuh di atas kasur sambil memejamkan mata, merasakan beberapa tulang beradu dan menimbulkan bunyi yang ternyata melegakan. (Nada dering smartphone -ku berbunyi). Hmm... siapa sih ini?, gumamku dalam hati. Berharap nomor tak dikenal dan aku bisa me- reject panggilannya agar bisa melanjutkan istirahatku lagi. "Eh, Ze!". Aku sontak duduk dan menggeser tombol hijau di layar smartphone -ku. &qu

Menjauh dari Kekalutan Hari Ini

Assalamu'alaikum.. Sebenarnya tadi malam aku ingin menulis. Tapi, agenda bersama beberapa temanku, dilanjut sesi pembelajaran baru sebagai pendengar cerita nyatanya lebih mampu mengalihkan duniaku dari platform ini, hehe.  Maasyaa Allah, Alhamdulillaah , kita sudah memasuki Ramadhan lagi ya. Bagaimana perasaan kalian menghadapi Ramadhan kali ini? Andai kalian bisa melihatku langsung, kalian akan menemukan wajah yang sumringah, tersenyum sendiri dengan jari-jari tangan mengetik rangkain huruf di keyboard . Ya, Alhamdulillaah, aku bahagia, meskipun lagi-lagi harus menjalaninya sendirian di perantauan, orang tuaku melarangku pulang, aku juga khawatir kalau pulang di tengah kondisi seperti ini. Bisa jadi, Lebaran tahun ini menjadi Lebaran ke sekian aku tidak menginjakkan kaki di rumah sendiri dan keluarga besar. Aku pun memahami, tahun ini dan Ramadhan kali ini bisa jadi tantangan tersendiri untuk sebagian besar dari kita atau bahkan kita semua. Tak bisa dipungkiri, banyak