Skip to main content

Travel to Semarang, Why Not?

Assalamu'alaikum :)
Beberapa waktu lalu, aku menulis tentang pengalamanku mengikuti Future Leader Summit 2017 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Nah, sebenarnya sejak bulan Agustus, aku sudah merencanakan agar bisa tiba di Semarang H-1 acara dan kembali ke Surabaya H+1-nya. Mengapa? Sejujurnya, agar aku bisa mewujudkan keinginanku untuk berlibur ke luar kota hehe. Efek memiliki orang tua yang overprotective terhadap anaknya, membuatku harus bisa mengambil kesempatan berlibur saat mengikuti acara-acara tertentu di luar kota. Sambil menyelam minum air ceritanya hehe. Memesan tiket kereta ekonomi Maharani yang murah (Rp110 ribu PP Surabaya-Semarang) dengan jadwal berangkat Hari Jum'at pagi dan pulang Hari Senin siang, Alhamdulillah akhirnya aku bisa benar-benar merasakan jalan-jalan menikmati tempat-tempat wisata di Kota Semarang yang sebelumnya hanya bisa aku lihat di televisi, di internet, dsb, yeay :D

Jalan-jalanku tidak sendirian. Hari Jumat, aku berkeliling Kota Semarang dengan roommate-ku, Bella, Aul, dan Qisthi. Harusnya sih Bageur ikut juga kalau tidak ketinggalan kereta hehe. Well, sudah lupakan! Kami berkeliling Kota Semarang mengendarai taksi online, sengaja agar mengeluarkan sedikit uang. Tempat-tempat yang kami kunjungi pun mulai dari yang tidak perlu membeli tiket masuk hingga paling mahal membayar Rp10.000,00 untuk membeli tiket masuk. 

Destinasi pertama kami, yaitu Kampung Pelangi. Tempat ini seperti Jodipan di Malang, Jawa Timur. Seluruh rumah di kampung tersebut dicat dengan berbagai warna. Bahkan dari jembatan yang memasuki kampung, pot-pot bunga di depan rumah, pernak-pernik lain sebagai hiasan di depan rumah dan di sepanjang jalan kampung, tidak luput dari merah jingga kuning hijau biru nila ungu-nya warna pelangi. Kampung ini tidak menarik tiket berbayar untuk memasukinya. Pengunjung yang ingin melihat-lihat seluruh keindahan kampung, diperbolehkan dengan bebas melewati seluruh jalanan kampung. Hanya di lokasi tertentu, seperti di Puncak Kampung Pelangi, atau bangunan lain yang menjadi semacam ikon Kampung Pelangi, terdapat kotak sumbangan yang bisa diisi oleh pengunjung seikhlas mereka. Di sana juga terdapat beberapa warung yang menjual makanan, camilan, dan berbagai minuman segar. Sangat menyelamatkan para pengunjung yang kehausan dan kelaparan efek berkeliling kampung dengan cuaca Kota Semarang yang sama panasnya dengan Kota Surabaya.




Destinasi kami selanjutnya, yaitu Kuil Sam Poo Kong. Tiket masuk dikenakan Rp5.000,00 jika hanya ingin berkeliling di sekitar kuil. Namun, jika ingin bisa memasuki kuilnya, kita harus merogoh kocek 5x lipat. Kami tiba di sana saat memasuki waktu Sholat Ashar. Awalnya kami hendak Sholat Ashar di masjid/musholla dekat sana. Namun, Bapak yang menjaga pintu masuk menyarankan untuk Sholat Ashar di musholla di dalam lokasi kuil saja. Wah, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh kami sebelumnya bahwa ada tempat ibadah umat Islam di dalam lokasi ibadah agama lain. Memasuki lokasi kuil, nuansa warna merah, kuning, dan emas terlihat di berbagai sudut. Bangunan kuil yang megah dan unik mampu memikat para pengunjung untuk mengabadikan keindahan yang ditunjukkan.






Dari Kuil Sam Poo Kong, rasanya belum puas jika belum mengunjungi destinasi wisata yang sangat terkenal di Kota Semarang. Mana lagi jika bukan Lawang Sewu. Kita hanya perlu membeli tiket seharga Rp10.000,00 untuk bisa mengelilinginya. Bangunannya sangat megah dengan banyak pintu di sisi dan dalam bangunan pastinya. Kini, kita tak perlu takut memasuki Lawang Sewu. Tidak seperti yang ditampilkan dalam film horor yang pernah aku tonton beberapa tahun lalu, Lawang Sewu saat ini dijadikan sebagai museum Kereta Api Indonesia. Ruang bawah tanah yang konon sangat menyeramkan dan membuat orang kesurupan saat memasukinya, juga sudah tidak dibuka untuk umum. 




Tak lupa malam harinya, kami mencoba tahu gimbal, salah satu makanan khas Kota Semarang di Tahu Gimbal Pak Edi (aku lupa tempat pastinya di mana, seingatku dekat dengan kantor gubernur Jawa Tengah). Tapi entah mengapa aku kurang terlalu suka dengan campuran tahu, telor, sayur, dan berbagai macam makanan yang disiram dengan saus kacang tersebut. Mungkin karena tidak terbiasa saja ya. Kami juga menyusuri sepanjang jalanan Pecinan, tempat bazar makanan dan minuman sepanjang jalanan tersebut. Personel kami pun bertambah, tidak hanya berempat, ada Nesa dan Indy. Kami pun bertemu dengan delegates FLS lainnya.

Es lucu yang dibeli Indy di Pecinan

Senin pagi, aku dan Bella mengunjungi Kota Lama. Kami berjalan kaki dari penginapan Sleep&Sleep Capsule sekitar 7 menit perjalanan. Dekat sekali, bukan? I was happy to have a vacation that day  selain karena bisa melihat gedung-gedung tua yang unik, kami jalan-jalan yang benar-benar jalan kaki, tidak naik apa-apa, dan tidak mengeluarkan uang sepeserpun kecuali untuk beli makan Bakmie Jawa di belakang Gereja Blenduk. 





 



Alhamdulillah.. akhirnya bisa liburan juga :) 
Semoga suatu saat bisa jalan-jalan ke kota-kota lain di Indonesia, bahkan ke luar negeri bersama keluarga, teman-teman, atau lainnya. This was my vacation, how's yours? :)

ZIR

Comments