Sangat patut kita syukuri, Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang
berakal. Yang mampu berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara dan bertindak. Yang
mampu melihat dan memahami mahakarya Sang Pencipta meliputi seluruh jagad raya
dan seisinya. Yang memiliki banyak keinginan untuk melakukan kebaikan dan
menebarkan kemanfaatan bagi seluruh umat.
Hal inilah yang mendasari betapa pentingnya kita berusaha mencari dan
memahami ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu agama maupun duniawi. Agar tidak
ada ucapan dan tindakan kita yang hanya bersumber dari nafsu saja. Agar mampu
memahami dan menyebarluaskan kebenaran Allah kepada seluruh umat manusia. Agar
amal ibadah kita dan manfaat yang kita berikan benar-benar dicatat Malaikat Raqib menjadi
jutaan kebaikan dan benar-benar diterima oleh Allah Yang Maha Mulia.
“Ilmu adalah pemimpin
amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” – Mu’adz bin
Jabal – radhiyallahu ‘anhu, dalam Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar,
hal. 15.
(alhikmah.ac.id)
Ilmu dulu. Sebelum beramal,
sebelum memulai kebaikan, sebelum menebarkan kemanfaatan untuk umat, sangat
dianjurkan memahami ilmunya terlebih dahulu. Sederhananya, saat kita sudah
berilmu, sudah memahami mengapa dan bagaimana kita melakukan niat baik
tersebut, harapannya kebaikan yang kita lakukan akan lebih tepat dan
benar-benar dirasakan manfaatnya oleh sasaran kita. Seperti halnya saat kita
ingin menjadi seorang engineer, kita
perlu mempelajari ilmu-ilmunya terlebih dahulu, baik melalui jalan menempuh
pendidikan di bidang teknik atau mempelajari secara otodidak dan bertanya kepada
ahlinya hingga memperoleh banyak pengalaman tersendiri. Pastinya, ilmu
keteknikan seharusnya dikuasai terlebih dahulu agar tidak menjadi seorang engineer yang abal-abal, melainkan menjadi
engineer yang mampu mengoperasikan
bahkan menciptakan alat-alat yang semakin memudahkan manusia dalam menjalani
hidup. Atau saat kita ingin menjadi orang tua yang nantinya mampu mendidik
anak-anak kita dengan baik, kita juga perlu mempelajari ilmu-ilmu parenting yang mungkin orang tua kita
sendiri belum sepenuhnya paham, hanya berbekal dari pengalaman kakek nenek kita.
Karena bisa jadi, pola asuh yang dilakukan orang tua kita tidak bisa kita
terapkan untuk anak-anak kita nanti, melihat perubahan generasi yang semakin ke
sini semakin tidak bisa diperlakukan sama dengan generasi-generasi sebelumnya. Dan
hal-hal lain dalam kehidupan kita yang sangat perlu dipahami ilmunya terlebih
dahulu. Terutama mendalami ilmu yang berkaitan dengan ibadah kita kepada Allah dan
hubungan dengan sesama manusia.
Ilmu lagi, dan seterusnya. Seperti halnya di atas langit masih ada langit. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah kita dapatkan. Jangan sampai kita malah membusungkan dada atas ilmu kita yang belum seberapa dibanding para ahli, ulama, profesor, dan orang-orang lain yang jauh lebih memahami ilmu terlebih dahulu. Na’udzubillaahi mindzaalik.. Karena bisa jadi, kita baru dalam tahap pemula memahami ilmu tersebut. Bisa jadi, kita baru mempelajari satu tetes ilmu dari seluruh ilmu yang ada di lautan. That’s why tetaplah lapar, tetaplah haus, tetaplah merasa bodoh, tetaplah mencari ilmu yang mampu membawa kita, orang-orang di sekitar kita, seluruh umat di bumi Allah menuju kepada kebaikan yang diridhoi-Nya. Bukankah Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan akhirat? Dan tak rugi pula jika kita menyebarluaskan ilmu yang kita dapatkan kepada orang lain. Agar semakin banyak orang yang memahami ilmu tersebut dan mampu menciptakan lebih banyak kebaikan hingga ke seluruh penjuru dunia. Karena ilmu yang bermanfaatlah yang akan menjadi salah satu muara pahala kita setelah kita meninggal dunia nanti. Allah sungguh baik sekali. Melalui ilmu yang terus kita pelajari dan sampaikan, insya Allah timbangan kebaikan kita akan sedikit lebih banyak saat dihitung di Yaumul Hisab nanti.
Ilmu lagi, dan seterusnya. Seperti halnya di atas langit masih ada langit. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah kita dapatkan. Jangan sampai kita malah membusungkan dada atas ilmu kita yang belum seberapa dibanding para ahli, ulama, profesor, dan orang-orang lain yang jauh lebih memahami ilmu terlebih dahulu. Na’udzubillaahi mindzaalik.. Karena bisa jadi, kita baru dalam tahap pemula memahami ilmu tersebut. Bisa jadi, kita baru mempelajari satu tetes ilmu dari seluruh ilmu yang ada di lautan. That’s why tetaplah lapar, tetaplah haus, tetaplah merasa bodoh, tetaplah mencari ilmu yang mampu membawa kita, orang-orang di sekitar kita, seluruh umat di bumi Allah menuju kepada kebaikan yang diridhoi-Nya. Bukankah Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan akhirat? Dan tak rugi pula jika kita menyebarluaskan ilmu yang kita dapatkan kepada orang lain. Agar semakin banyak orang yang memahami ilmu tersebut dan mampu menciptakan lebih banyak kebaikan hingga ke seluruh penjuru dunia. Karena ilmu yang bermanfaatlah yang akan menjadi salah satu muara pahala kita setelah kita meninggal dunia nanti. Allah sungguh baik sekali. Melalui ilmu yang terus kita pelajari dan sampaikan, insya Allah timbangan kebaikan kita akan sedikit lebih banyak saat dihitung di Yaumul Hisab nanti.
Keep educating and inspiring ^^
ZIR
*Tulisan ini terinspirasi dari obrolan ringan 4 sekawan pada hari Sabtu lalu yang membahas soal parenting dan berujung pada pentingnya mencari ilmu.
*Tulisan ini terinspirasi dari obrolan ringan 4 sekawan pada hari Sabtu lalu yang membahas soal parenting dan berujung pada pentingnya mencari ilmu.
Comments
Post a Comment