Bau segar sisa hujan semalam masih membekas di kaki
bukit. Udara dingin menusuk tulang masih mengalahkan kehangatan sinar matahari
yang mulai mengintip dari balik bukit. Hewan-hewan mamalia pun masih enggan menampakkan
diri di padang rumput. Namun, kicauan burung-burung di atas pohon malah saling
bersahutan, masing-masing ingin menunujukkan suara termerdunya pada seluruh
dunia. Pagi ini memang bukanlah pagi yang biasa. Ada secercah ketenangan dan
kenyamanan di tengah-tengah segarnya suasana pagi kali ini. Dan aku memutuskan
untuk berjalan-jalan santai mengelilingi perbukitan. Ah yaa.. sekaligus ingin
menemui embun. Sudah beberapa bulan ini tidak bertemu dengannya.
“Hai Embun.. Selamat pagi.”
“Oh hai Nak, apa kabar kau? Ke mana saja kau selama
ini? Tak pernah ku lihat batang hidungmu.”
“Haha iya Mbun. Aku sudah lama tidak pulang. Kau
perhatian sekali ternyata.”
“Yaa kan kau selalu datang ke sini setiap pagi untuk
menceritakan hal-hal baru yang kau alami atau cerita apapun itu. Seperti memiliki
gudang cerita haha. Dan tiba-tida.. laaap!!.. kau menghilang begitu saja tanpa
kabar.”
“Haha maafkan aku Mbun.. Keputusanku saat itu hendak
meninggalkan kampung halaman ini memang mendadak sekali. Sampai aku tidak
mengabari siapapun tentang perjalananku. Semoga kau tidak marah ya Mbun.”
“Tidak, aku tidak mungkin marah. Setiap orang punya alasan
tersendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk kau. Jadi
buat apa aku marah? Haha. Yang penting kau sudah kembali ke sini, nak.”
“Terima kasih, Mbun. Kau selalu punya cara berpikir
yang berbeda dari yang lain.”
Dan sesaat hening..
“Jadi, cerita apa yang akan kau bagikan hari ini?”
Aku menghirup udara dalam-dalam, menikmatinya, dan
menghembuskannya dengan penuh rasa syukur.
“Kau tau apa itu kebahagiaan Mbun? Pernahkah kau
merasa bahagia dalam hidupmu?”
“Hmm topik yang menarik.”
Aku memandang Embun sambil tersenyum.
“Iya, sungguh menarik memang. Banyak orang yang membicarakan
mengenai kebahagiaan. Tapi sebenarnya banyak pula dari mereka yang belum
merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam hidup, Mbun. Maka dari itu, saat
itu aku memutuskan untuk kembali melakukan perjalanan. Perjalananku ke sekian
kalinya. Perjalanan mencari kebahagiaan.”
“Jadi, maukah kau menceritakan perjalananmu itu Nak?
Mungkin nanti kita bisa mendiskusikannya.”
Aku mengangguk.
“Aku
melakukan perjalanan dalam diam. Maksudku, aku tidak berbicara langsung tentang
kebahagiaan dengan orang-orang yang aku temui. Aku lebih banyak mengamati dan
melakukan sendiri apa yang kebanyakan orang lakukan hingga, menurut mereka, membuat
mereka merasa bahagia..."
to be continued..
Comments
Post a Comment