Skip to main content

Ceritaku Pada Embun di Pagi Hari #2

Bau segar sisa hujan semalam masih membekas di kaki bukit. Udara dingin menusuk tulang masih mengalahkan kehangatan sinar matahari yang mulai mengintip dari balik bukit. Hewan-hewan mamalia pun masih enggan menampakkan diri di padang rumput. Namun, kicauan burung-burung di atas pohon malah saling bersahutan, masing-masing ingin menunujukkan suara termerdunya pada seluruh dunia. Pagi ini memang bukanlah pagi yang biasa. Ada secercah ketenangan dan kenyamanan di tengah-tengah segarnya suasana pagi kali ini. Dan aku memutuskan untuk berjalan-jalan santai mengelilingi perbukitan. Ah yaa.. sekaligus ingin menemui embun. Sudah beberapa bulan ini tidak bertemu dengannya.

“Hai Embun.. Selamat pagi.”

“Oh hai Nak, apa kabar kau? Ke mana saja kau selama ini? Tak pernah ku lihat batang hidungmu.”

“Haha iya Mbun. Aku sudah lama tidak pulang. Kau perhatian sekali ternyata.”

“Yaa kan kau selalu datang ke sini setiap pagi untuk menceritakan hal-hal baru yang kau alami atau cerita apapun itu. Seperti memiliki gudang cerita haha. Dan tiba-tida.. laaap!!.. kau menghilang begitu saja tanpa kabar.”

“Haha maafkan aku Mbun.. Keputusanku saat itu hendak meninggalkan kampung halaman ini memang mendadak sekali. Sampai aku tidak mengabari siapapun tentang perjalananku. Semoga kau tidak marah ya Mbun.”

“Tidak, aku tidak mungkin marah. Setiap orang punya alasan tersendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk kau. Jadi buat apa aku marah? Haha. Yang penting kau sudah kembali ke sini, nak.”

“Terima kasih, Mbun. Kau selalu punya cara berpikir yang berbeda dari yang lain.”

Dan sesaat hening..

“Jadi, cerita apa yang akan kau bagikan hari ini?”

Aku menghirup udara dalam-dalam, menikmatinya, dan menghembuskannya dengan penuh rasa syukur.

“Kau tau apa itu kebahagiaan Mbun? Pernahkah kau merasa bahagia dalam hidupmu?”

“Hmm topik yang menarik.”

Aku memandang Embun sambil tersenyum.

“Iya, sungguh menarik memang. Banyak orang yang membicarakan mengenai kebahagiaan. Tapi sebenarnya banyak pula dari mereka yang belum merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam hidup, Mbun. Maka dari itu, saat itu aku memutuskan untuk kembali melakukan perjalanan. Perjalananku ke sekian kalinya. Perjalanan mencari kebahagiaan.”

“Jadi, maukah kau menceritakan perjalananmu itu Nak? Mungkin nanti kita bisa mendiskusikannya.”

Aku mengangguk.

“Aku melakukan perjalanan dalam diam. Maksudku, aku tidak berbicara langsung tentang kebahagiaan dengan orang-orang yang aku temui. Aku lebih banyak mengamati dan melakukan sendiri apa yang kebanyakan orang lakukan hingga, menurut mereka, membuat mereka merasa bahagia..."


to be continued..

Comments