Skip to main content

Bukan Perjalanan dan Pelajaran Biasa di Negeri Gajah Putih

Dua minggu lalu, tepatnya tanggal 19 Juni 2016 pukul 10.10 WIB, pesawat Thai Lion Air mengudara meninggalkan bandara membawa kami bertujuh (aku, Lita, Devina, Dania, Mbak Andin, Mbak Iin, dan Mas Dave) menuju Don Mueang International Airport, Bangkok, Thailand. Alhamdulillah, puji syukur tak terhingga kami panjatkan pada Allah atas nikmat yang luar biasa untuk kami serta tiga teman kami lainnya (Tiara, Clara, dan Naura) yang berangkat dengan pesawat berbeda. Ya, kami mewakili ITS mengikuti kegiatan SUT International Camp 2016 yang diadakan oleh Suranaree University of Technology (SUT), Thailand. Lima orang, termasuk aku, mengikuti The 3rd International ASEAN Culture Camp: ISAAN Culture dan lima orang lainnya mengikuti The 2nd Martial Arts and Muay Thai.


Sesampainya di bandara, kami dijemput oleh dua orang staff International Office SUT, Pee Chaeng dan Pee Khai. Perjalanan dari bandara ke kampus SUT memakan waktu sekitar 3-4 jam. Ya, kampus SUT memang bukan berada di Bangkok, melainkan di Provinsi Nakhon Ratchasima atau biasa disebut Korat. Pemandangan jalan menuju ke kampus terlihat seperti pedesaan yang nyaman dan tenang. Namun begitu masuk ke area kampusnya, wow, the campus was sooooo huge that we couldn’t go surround it on foot. I thought ITS area was just a small part of it.



Day 1

Seluruh peserta camp, baik ISAAN Culture maupun Muay Thai mengikuti konferensi mengenai The Difference of ASEAN Culture yang disampaikan oleh Dr. Erick. Dari situ, kami mulai memahami perbedaan budaya-budaya yang ada di setiap negara di ASEAN secara umum, juga sedikit budaya China, Jerman, dan Prancis. Ya, terdapat 3 negara luar ASEAN yang mengikuti camp ini juga. Dan kami pun memahami pula bahwa culture is not about tradition actually, it’s something that we do, we wear, how we think, continuously, and etc. Tradition is just the result of culture itself. Lalu, kami melakukan campus tour. And once again, I was so interested with the amazing of this campus. Kalian tahu, mereka memiliki planetarium dan teropong sendiri meskipun dengan ukuran yang tidak terlalu besar, mereka memiliki sport complex yang lengkap, ladang luas untuk pengembangan bioteknologi berbagai macam tanaman, museum mengenai pengenalan budaya-budaya ASEAN, dsb. They do really support their students with so many great facilities. Dan satu hal yang juga membuatku tertarik yaitu, terdapat foto raja (dan terkadang ratu) di setiap gedung di Thailand, termasuk di kampus ini. Dan setelah aku tanyakan ke salah satu peserta dari Thailand, dia mengatakan bahwa orang-orang Thailand sangat menghormati rajanya, mereka menganggap bahwa rajanya merupakan orang terpenting hingga mereka pun memasang foto raja di masing-masing rumah mereka juga, karena menurut mereka rajanya telah melakukan banyak hal untuk kesejahteraan rakyatnya, rajanya benar-benar sangat memperhatikan rakyatnya, hingga di kampus itu pun terdapat galeri yang berisi mengenai perjalanan dan apa saja yang sudah dilakukan raja mereka. 


Day 2

Kegiatan masing-masing program dimulai. Peserta ISAAN Culture mempelajari mengenai Pha Khao Ma, sejenis kain khas Thailand bagian tenggara yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan, misalnya untuk mandi, untuk menggendong bayi, untuk membungkus kotak makanan, sebagai hiasan, untuk kostum menari, dsb. Kami juga mempelajari dua macam tarian, yaitu tarian standar Thailand dan tarian khas ISAAN Culture. Uniknya, tarian ini menunjukkan berbagai macam ekspresi seperti senang, sedih, menangis, menunjukkan kasih sayang, seakan-akan sebuah drama yang dibentuk tarian. Sedangkan, para peserta Muay Thai Camp mulai mempelajari dan memperagakan gerakan-gerakan dasar dari Muay Thai itu sendiri, seperti pencak silat yang biasa kita lihat di Indonesia.


Day 3 - Day 4

Yuhuuuu, dua hari selanjutnya, peserta ISAAN Culture stay di Desa Ban Prasaat, sekitar dua jam perjalanan dari kampus SUT. Jadi, setiap lima anak menginap di sebuah homestay milik warga desa. Awalnya, aku kira kondisi desa tersebut seperti kondisi Desa Sumberejo saat aku mengikuti ITS Mengajar for Indonesia tahun lalu, ternyata salah besar haha. Alhamdulillah homestay ku bagus dan ibu asuhku dan teman-teman sangat baik dan ramah, yaa meskipun beliau tidak bisa berbahasa Inggris dan kami hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat, namun kami tidak merasa kesulitan untuk stay di sana. Tidak hanya sekedar tinggal di rumah, kami juga berkeliling desa dengan menggunakan E-tan, sejenis traktor yang menurutku lebih cocok aku sebut sebagai truk sapi ukuran kecil haha. It was the first time for me (and maybe for us) to ride it haha. Kami juga belajar membuat Thai dessert yang bentuk dan rasanya mirip lemet atau kulit nogosari di Indonesia dan mie khas desa itu yg terbahan dasar beras. Sebenarnya kami juga disambut dengan Baisri ceremony pada malam harinya, namun karena kegiatan tsb termasuk ibadah orang Budha, sehingga kami yg beragama Islam hanya bisa menontonnya dari tepi barisan hehe. Senangnya, kami juga bermain dengan anak-anak kecil di desa sana. Dan kalian tahu, ternyata permainan tradisional di sana juga sama dengan permainan di Indonesia. Kami bermain ularnaga, kucing dan anjing, egrang, alas kaki yg berasal dari biji kelapa. Bedanya, orang-orang di sana sangat suka menari, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, maupun orang dewasa, semua suka sekali menari. Dan jika kami mengikuti tarian mereka, I always felt that I couldn't stand it anymore haha, sooo tired. 


Sepulang dari desa, kami mengunjungi Pimai Historical Park, sebuah kawasan sejarah. Terdapat candi dan beberapa tempat bersejarah. Hampir sama seperti candi-candi di Indonesia pada umumnya. Cukup indah dan menenangkan :)



Setelah menenangkan diri di candi, kami ke Mall Korat. Hmm aku sebenarnya tidak begitu nyaman ke mall hehe, karena cukup ramai dan entahlah, terkadang membuatku tidak tenang dengan kehedonannya. Apalagi di sana, hanya ada 1 tempat makan yg Halal, the one and only guys :(



Day 5

Huhuu the last day of this program. Setiap kelompok mempresentasikan "what we have learned from this camp", bukan mengenai apa yang kami pelajari secara fisik, namun lebih ke nilai-nilai apa yang sudah kita pelajari, yang kita pikirkan, kita rasakan, kita lakukan dari hati. And I was so happy for it, I could learn more about the unity. Although we were from different countries, different races, different religion, different culture, different in everything, but with respect and understand each other, we could unite as one. 


"There's no right or wrong, we are just different", Dr.Erick said. And difference is beautiful, right? :)




Thank you so much for Allah and everyone :) 


Keep educating and inspiring ^^

ZIR

Comments