Skip to main content

Pengalaman Pertama

Sejak awal kerja dari rumah (anggap saja rumah), aku memutuskan untuk mulai menekuni aktivitas yang hampir tidak pernah atau jarang aku lakukan. Salah satunya adalah memasak. Aku selalu ingat efek luar bisa dari "pengalaman pertama" ini. Saat menjadi Pengajar Muda di Maluku, banyak hal yang pertama kali aku lakukan di tengah proses adaptasiku di lingkungan baru. Sesederhana naik gunung, naik spit (speed) malam hari diterangi sinar bulan purnama, memasak bersama teman-teman/adik-adik piara, makan pisang santan, makan tombong (isi buah kelapa, kalo kata Alief namanya kentos haha), dan masih banyaaak lagi yang tidak bisa kusebutkan satu per satu.

Di tengah kondisi yang baru dan berbeda dari biasanya ini, aku ingin mencobanya lagi. Aku ingin merasakan kembali sensasi "pengalaman pertama". Tertantang, deg-degan, bingung, senyum yang merekah, tidak terlupakan, yang berakhir syukur dan bahagia. Agar tidak perlu lagi mencari-cari makna bahagia di luar sana ketika diri ini lebih mudah untuk merayakan hal-hal sederhana yang baru pertama kali dilakukan. Meskipun terlihat sepele bagi kebanyakan orang, termasuk kalian yang membaca tulisanku ini (jika ada). Ya, karena hanya "memasak". Namun, bagiku yang malas ke dapur selain untuk mencuci piring sekaligus bermain air ini, memasak setiap hari sudah menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa.

Daaaan taraaaaaa!!!
The beauty of continuous learning and consistency is real! :")
Alhamdulillah, Allah mudahkan kaki ini melangkah untuk membelli bahan-bahan memasak setiap beberapa hari sekali. Allah mudahkan juga tangan ini memotong sayur-mayur dan mengolah lauk (yang sementara masih itu-itu saja), lanjut menari-menarikannya di atas penggorengan. Dari yang awalnya kaku dan bingung ini mana dulu yang perlu dicuci, dipotong, dibumbuin, digoreng, ditiriskan, sampai jadi bisa menggunakan dua kompor dalam waktu bersamaan. Allah hadirkan juga orang-orang yang mengajarkanku bagaimana membuat ini itu. Hingga menghasilkan masakan yang bisa kunikmati dengan lega dan bahagia. Tidak selalu sempurna. Tetapi, cukup untuk dinikmati apalagi saat memakannya dengan hadir utuh dan sadar penuh.

***

Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Terdengar klise. Tapi, benar juga. Selalu ada hal baik yang bisa kita temukan, bahkan dari dalam diri kita sendiri, tidak perlu jauh-jauh mencari ke belahan bumi lain. Alhamdulillah, aku sudah menemukannya. Bagaimana denganmu? :)

Comments