Skip to main content

Resign with Plan and Reflection!

Btw, pagi ini random sekali, buka-buka lagi jurnal pribadiku tahun lalu sambil senyum-senyum sendiri mengingat apa yang pernah kutulis di sana. Keinginan-keinginan sederhana yang baru Allah wujudkan di tahun ini. Mimpi-mimpi yang pada akhirnya kuhapus dalam baris mimpi-mimpiku selanjutnya. Dan berbagai coretan hasil luapan rasa syukur maupun emosi negatif yang menjadi pelajaran berharga ke depannya. Yang paling menarik adalah sebaris kalimat di halaman yang aku tulis pada tanggal lahirku saat itu, "Bertahan di CoLearn min. Okt/Nov - max. akhir tahun". ๐Ÿ‘‡๐Ÿป


I was laughing out loud when I read it :D Bener-bener baru inget kalau pernah menulis keinginan itu. Dan ternyata Allah baru kehendaki tepat setahun berikutnya. Ya, di tahun ini. And it's been 5 weeks since my last day working at CoLearn. Wow! Still can't believe Allah gave me such big courage to finally do it, Alhamdulillaah...

Well, bagi kebanyakan orang, keputusanku untuk resign dari ed-tech company yang semakin dikenal orang dan diakui hingga kelas dunia bisa jadi termasuk keputusan yang gila. Terlebih posisi terakhirku sebagai Lead dengan gaji dan fasilitas kantor yang cukup untuk seorang single sepertiku, termasuk sebuah kenikmatan yang diidamkan oleh orang-orang yang tengah berjibaku mencari pekerjaan tetap.

Sebenarnya aku tidak memiliki masalah dengan rekan kerjaku, tidak pernah merasakan yang namanya toxic colleagues dan semacamnya. Bahkan menurutku, CoLearn termasuk salah satu tempat yang paling aman untuk bekerja rasa berteman dan belajar dari kesalahan. Butthis soul couldn't lie anymore. Sejak awal menulis kalimat tersebut (baru 1 bulan yang mau tidak mau harus berpindah haluan ke CoLearn), menjadi perasaan ter-chaos-ku bekerja di role yang bukan ingin kujalani dalam perjalanan karir maupun hidupku (kecuali part me-manage people dan manage apapun di tim). Ditambah visi perusahaan yang berbalik 180° dari visi sebelumnya saat masih menjadi IQ Education, membuatku semakin terpaksa bekerja di antara suara yang bertentangan dengan bisikan hati dan pikiranku. Mungkin karena role tersebut juga bukan pilihanku sendiri saat itu (well, panjang ceritanya kalau ini mah).

Tak hanya itu, sungguh lelah hati setiap meeting company harian dengan CEO/COO yang bagiku seperti "mem-brainwash" para employee untuk meyakini bagaimana kami bisa membantu pelajar pengguna aplikasi kami untuk lebih percaya diri dalam belajar Math, Physics, Chemistry agar bisa menyelesaikan PR/tugas sekolah dengan baik, nilai-nilai sekolah mereka menjadi lebih bagus, dan tentu grade/ranking yang meningkat pula, hingga akhirnya mampu meningkatkan PISA score Indonesia beberapa tahun kemudian. Sungguh bukan tujuan pendidikan yang sejati menurut diriku yang masih  butuh banyak belajar mengenai pendidikan. (Btw, ini murni dari pandangan dan keyakinan pribadiku akan pendidikan ya. Sedangkan, berdasarkan pendapat teman-teman di CoLearn, mayoritas sebenarnya sangat enjoy and happy sekali bekerja di sana. So, yang baca blog-ku, tidak perlu khawatir ya sekiranya kamu mau bekerja di CoLearn, selama memang itu yang kamu mau^^)

Lalu, kenapa baru resign setahun kemudian, Zi?

Well, kalau aku boleh bilang, sepertinya ini rencana terbaik Allah untukku lebih mempersiapkan diri. Sebenarnya sejak tahun lalu, setiap aku hampir mengajukan resign, ada saja kondisi yang membuatku perlu bersabar sedikit lagi dan bertahan di CoLearn. Pada November 2020 lalu misalnya, terdapat restrukturisasi tim yang menyebabkan salah satu anggota timku dipromosikan sebagai Lead, sehingga hanya tersisa aku dan seorang temanku lainnya sebagai Supervisor. Dengan total anggota tim lebih dari 20 orang saat itu (termasuk staff dan intern) dan workload yang masih super duper banyak, aku tidak mungkin (atau lebih tepatnya tidak tega) meninggalkan tim ini.

Tidak lama setelah itu, tepatnya pada awal Januari 2021, Allah menghendaki aku untuk memegang project baru. Awalnya aku ingin menolak. Selain karena sebenarnya ingin menyudahi "hubunganku dengan CoLearn", juga karena kurangnya rasa percaya diriku menangani project baru 2 mata pelajaran sekaligus yang jujur saja aku sudah banyak lupa ๐Ÿ™ˆ Anggotanya baru ber-4 pula, merasa lebih sendirian dan sepi. Benar-benar sebagai pioneer yang mengharuskan kami melakukan fiksasi ini itu agar sistem, teknis, dan alur pekerjaan lebih oke. Tetapi, manajerku saat itu terus berupaya meyakinkanku bahwa aku dibutuhkan di sana. Oke, aku akan bertahan lagi.

To be honest, seiring menjalankan project baru di awal tahun tersebut, aku pun mulai rutin berdoa ke Allah agar diberikan keteguhan hati dan keberanian untuk benar-benar resign di waktu yang tepat dan terbaik menurut-Nya, berharap bisa benar-benar menyudahi semuanya tahun ini juga. 

Quarter awal berlalu. Dan tanpa kuduga lagi, terjadi restrukturisasi besar-besaran (lebih masif dari sebelumnya) di awal quarter kedua, yang mana Allah malah memberikan amanah yang lebih besar untuk memimpin timku saat itu. "Ya Allah, kapan bisa resign kalau seperti ini terus?", batinku saat itu. Momen tersebut sekaligus menjadi pelajaran berharga bagiku, bahwa tidak bisa hanya memiliki keinginan saja tanpa benar-benar mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya, termasuk urusan resign. Ya, aku akui sejak aku menulis kalimat di jurnalku tahun lalu, aku hanya menginginkannya tanpa ada persiapan dan perencanaan yang matang. Hanya banyak berharap seperti pungguk merindukan bulan.

Setelah aku menyadarinya sambil tetap menjalankan pekerjaan awal-awal sebagai Lead, aku mulai menentukan juga, kapan waktu yang tepat untuk resign, kondisi seperti apa yang memungkinkan untukku siap meninggalkan tim tanpa merasa bersalah/tidak tega. Dan sampailah aku pada kemantapan hati mengenai waktu/kondisi tersebut:
✔️ ±6 bulan sejak aku menjadi Lead, dengan pertimbangan menyediakan waktu untuk anggota-anggota timku banyak belajar menjalankan peran masing-masing di tim, me-manage berbagai hal yang dibutuhkan tim, dsb, mengingat ini termasuk project baru dan semuanya tergolong orang-orang baru di tim ini maupun CoLearn. Aku tidak mungkin membiarkan mereka menghadapi berbagai challenges tanpa contoh dan arahan yang tepat terlebih dahulu.
✔️ Target utama tim tercapai atau setidaknya hampir tercapai. Aku tidak mau meninggalkan mereka dalam keadaan banyak PR yang sebenarnya masih menjadi tanggung jawab utamaku di sana.
✔️ Semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan tim mulai stabil, tidak ada masalah berarti dalam internal tim maupun yang berkaitan dengan pihak-pihak lain di luar tim.
✔️ Dan yang tak kalah penting, jumlah tabunganku harus mencapai minimal nominal tertentu, karena aku bermaksud resign tanpa apply pekerjaan lain terlebih dahulu. Ya, aku ingin rehat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan yang tiada habisnya.

Dan ya, Maasyaa Allah, Alhamdulillah, keputusanku untuk resign benar-benar terealisasi setelah berbagai upaya bertahan, persiapan, refleksi diri, serta tentunya keteguhan hati dan keberanian yang Allah install ke dalam diriku. Aku merasa jauh lebih bersyukur dengan serangkaian proses ini. Selain karena semua checklist persiapan resign benar-benar tercapai, aku merasa resign dengan perasaan bangga dan bahagia. Bangga karena telah memberikan impact yang baik untuk tim dan CoLearn selama beberapa bulan terakhir dari serangkaian perjalananku bersama CoLearn, Insyaa Allah. Bahagia karena telah mempersiapkan timku terlebih dahulu sebelum benar-benar kulepas untuk bisa berjalan mandiri. Bangga dan bahagia karena perjalananku sebagai Lead benar-benar membuatku banyak belajar menyelami diri sendiri, mengenal orang-orang di sekitarku, menjiwai pekerjaanku, dan berbagai pelajaran hidup lain yang membentuk diriku hingga hari ini. I've felt so blessed and loved ๐Ÿงก

Terima kasih Allah dan semua sahabat di CoLearn. Apapun yang sedang kita perjuangkan saat ini, semoga itulah yang Allah ridhai untuk kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

xoxo,
Zizi

Comments

  1. semoga keberkahan dari Allah menyertai kita.Aamiin. Terimakasih ka zi

    ReplyDelete
  2. salah satu staff mu . hehehe

    ReplyDelete
  3. setahun kemudian bisa baca alasan resign.

    ReplyDelete

Post a Comment