Skip to main content

Mengapa Menjadi Pengajar Muda?




Sebenarnya, saya mulai mengetahui informasi dan tertarik menjadi Pengajar Muda sejak saya SMA. Berlanjut saat memasuki perkuliahan, seakan-akan Allah selalu menuntun saya untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial pendidikan yang diwadahi oleh organisasi mahasiswa di kampus meskipun saya anak teknik.

Bergabung sebagai relawan di beberapa kegiatan pengajaran, menjadi PIC Sekolah Inspirasi di kampung binaan Himpunan Mahasiswa Jurusan, hingga menjadi Pengajar Tangguh ITS Mengajar For Indonesia begitu mewarnai aktivitas kuliah saya yang dipenuhi dengan rumus, angka, dan praktikum. Hal ini semakin mempertahankan mimpi saya untuk menjadi Pengajar Muda setelah lulus kuliah.

Sayangnya, saya tidak bisa lagi berkecimpung dalam Sekolah Inspirasi sejak tahun ketiga kuliah karena satu dan lain hal. Saya harus beralih mengurus kegiatan organisasi mahasiswa lainnya dan juga Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) ITS (yang mahasiswa/alumni ITS pasti paham). Setahun lebih berlalu, semangat saya menjadi Pengajar Muda malah semakin luntur. Mungkin disebabkan intensitas saya bertemu dan mengajar anak-anak kecil mulai berkurang.

Hingga suatu hari, teman saya mengajak saya mengajar di salah satu kampung dekat kampus. Itulah pertama kalinya saya mengetahui ternyata ada kampung terpencil dekat kampus saya yang banyak terdapat permasalahan sosial, termasuk pendidikan anak-anaknya yang kurang berkualitas, banyak anak putus sekolah, bahkan tidak sedikit anak-anak yang belum bisa merasakan bangku sekolah akibat himpitan ekonomi. Saya pun tergerak untuk turut mengajar adik-adik di sana.

Tahun akhir yang disibukkan dengan LKMM Tingkat Menengah (LKMM TM), membuat saya baru kembali mengajar di sana sekitar bulan Mei 2017. Dan saat itu juga Allah membukakan mata dan hati saya lagi. Allah mempertemukan saya dengan Dika, seorang bocah disleksia berumur 9 tahun anak seorang pemulung dan dia belum bisa membaca, menulis, dan berhitung (kisah tentang Dika bisa dibaca di sini).

Ditambah lagi, tepat setelah lulus kuliah, saya kembali ditunjukkan kampung lain dekat kampus dengan kondisi pendidikan dan kesehatan anak-anak yang memprihatinkan pula. Juga sering dipertemukan kembali dengan teman-teman yang ternyata memiliki keresahan yang sama atas persoalan pendidikan di sekitar kampus dan kampung halaman kami. 

Lantas, saya jadi sering berpikir, “Sebenarnya, apa maksud Allah menunjukkan semua ini kepada saya? Padahal sudah lama saya tidak mengajar, tidak berkecimpung lagi di kegiatan sosial pendidikan secara penuh. Apakah Allah ingin saya turut andil dalam memajukan pendidikan di lingkungan sekitar saya?”


Hal inilah yang akhirnya menumbuhkan kembali semangat dan mimpi saya menjadi Pengajar Muda, menjadi salah satu pihak yang mengupayakan kebaikan untuk anak-anak Indonesia. Diperkuat pula dengan sebuah kutipan favorit saya dalam novel 23 Episentrum, bahwa "setiap manusia yang berilmu dan sejahtera karena ilmunya, sebenarnya ia memiliki tanggung jawab untuk memerdekakan orang lain dari kebodohan dan membuatnya bergerak untuk lebih sejahtera".


Semoga kamu juga segera memperoleh petunjuk dari Allah yang bisa menuntunmu memilih jalan hidupmu yang begitu indah. Semangat menemukan dan memahami petunjuk-petunjuk-Nya :)


Salam,
Zizi

Comments