Skip to main content

Berbisnis Ala Rasulullah

Kita semua menyadari bahwa perkembangan bisnis saat ini sudah seperti debu yang bertebaran ke berbagai arah. Berbagai kegiatan jual beli pasti terlihat di banyak tempat di perkotaan maupun pedesaan. Di tempat terpencil sekalipun, setidaknya minimal ada sebuah transaksi jual beli walaupun hanya dilakukan secara barter. Terlebih lagi, perkembangan teknologi menyebabkan kegiatan bisnis bisa dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja, bahkan oleh seorang anak SD sambil rebahan di atas tempat tidurnya, tidak selalu terlihat oleh kebanyakan orang di luar sana.

Aku sendiri bukan seseorang yang tertarik menggeluti dunia bisnis. Sempat waktu itu bergabung dalam tim bisnis yang diinisiasi temanku, namun hanya bertahan sekian waktu dan malah mengajukan resign tepat setelah mengikuti kompetisi Pekan Mahasiswa Wirausaha sekitar 4 tahun lalu. Parah ya, tolong jangan ditiru. Dan beberapa hari lalu, salah satu sahabat SMP-ku yang kini sedang menjalani kesibukan dokter mudanya di Surabaya, malah mengajakku menghadiri kajian dengan topik "Berbisnis Ala Rasulullah" di Masjid Al-Falah hari minggu lalu. Dari semua info kajian pada hari yang sama yang aku share ke dia, kok malah mengajakku ke kajian dengan topik yang sejujurnya kurang aku minati?, batinku tepat setelah dia mengirimkan pesan ke akun Line-ku. Long story short, berangkatlah kami ke sana meskipun terlambat karena harus menambal ban motor temanku yang bocor terlebih dahulu. 

Kalian percaya tidak kalau semua yang kita alami bukanlah suatu kebetulan? Seperti ada sebab-akibat yang ditetapkan Allah pada setiap detik yang kita lalui? Seperti setiap detiknya sudah disusun Allah secara detail untuk kebaikan kita? Hanya kita saja yang sering kali keliru memahami maunya Allah. Seperti hari minggu lalu pula. Yang awalnya aku kurang berminat mengikuti kajian dengan topik tersebut. Yang awalnya aku sekedar 'mbebek' Ulfi mau datang ke kajian yang mana. Yang awalnya aku hanya "yaudah enak kok tempatnya di Al-Falah, sudah lama juga ndak ke sana". Pada akhirnya aku merasa bersyukur mulai dibukakan oleh Allah mengenai hal-hal dasar dan sederhana dalam berbisnis dan jual beli yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah, serta berbagai contoh kegiatan jual beli yang patut diteladani maupun yang sebaiknya dihindari di sekitar kita saat ini. 

Well, aku share di sini ya bahasan kajian yang aku tangkap. Semoga membawa kebaikan juga untuk teman-teman semua. Mohon maaf karena kami datang terlambat, materi awal jadi terlewat :( Tapi Insya Allah tidak mengurangi ilmu yang kita peroleh secara signifikan. Bismillah..


BERBISNIS ALA RASULULLAH
Oleh Bpk. Salim Suharis, Praktisi Keuangan Syari'ah, Konsultan IT, Pakar Finansial

Source: www.stocksy.com

Rasulullah senantiasa melakukan hal-hal berikut dalam menjalankan bisnis beliau:
1. Jujur.
2. Amanah.
3. Kompeten. 
- Pelaku bisnis harus paham soal produksi, delivery, financial management, human resources management, dsb yang berhubungan dengan keberlangsungan bisnis.
- Perputaran uang untuk keperluan bisnis lain (di luar akad yang telah disepakati) itu tidak diperbolehkan, Rasulullah tidak melakukannya.
4. Tidak melakukan DHARAR.
Rasulullah tidak pernah melakukan kegiatan yang mendzalimi, menipu, mengakali, mencurangi, dan mengecewakan orang lain, termasuk pembeli. Kegiatan yang termasuk Dharar misalnya mencurangi massa timbangan.
5. Tidak melakukan GHARAR.
Misal:
- Barang asli tidak sesuai promosi atau publikasi.
- Spesifikasi barang asli tidak sesuai yang diinformasikan.
- Termasuk juga soal kesepakatan harga, kejelasan delivery, finalisasi project (waktu, dsb), yang disampaikan/dilakukan penjual harus sesuai dengan yang diterima pembeli.
6. Tidak melakukan IHTIKAR.
Tidak menimbun barang untuk mencari keuntungan di waktu-waktu tertentu.
7. Tidak menjual barang dengan harga yang sangat tinggi, apalagi sampai melakukan penipuan.
Kecuali misal, harga barang yang dibeli penjual Rp10.000,-. Ongkos pengiriman barang dari lokasi produksi ke lokasi penjual Rp15.000,-. Penjual boleh menjual barang tersebut dengan harga Rp26.000,-.
8. Saling menguntungkan.
Penjual untung. Pembeli untung. Karyawan, distributor, dan pihak-pihak yang berkaitan juga untung. Semua pihak sama-sama diuntungkan, tidak ada yang dirugikan. Berkaitan dengan poin nomor 4-7, jika pelaku bisnis tetap melakukan dharar, gharar, ihtikar, dan menjual dengan harga sangat tinggi, memang bisa jadi akan sangat menguntungkan penjual, tetapi akan merugikan pembeli. Dan Rasulullah tidak melakukan bisnis yang merugikan pembeli seperti itu.

Selain itu, kita juga perlu mengetahui 7 syarat sah jual beli, yaitu:
1. Penjual dan pembeli saling ridho/rela. No nggrundel.
2. Penjual dan pembeli siap melakukan jual beli (harus sudah baligh). Jika belum baligh, setiap transaksinya harus sepengetahuan orang tuanya, dan dipastikan dengan cara/proses yang baik dan benar pula.
3. Penjual dan pembeli dalam keadaan sadar, tidak boleh hilang akal.
4. Barang yang diperjualbelikan harus halal, tidak boleh haram. Jika haram, jual beli batal.
5. Spesifikasi dan harga barang harus jelas.
6. Barang yang dijual harus dimiliki/dikuasai penjual, bukan menjual barang milik orang lain.
7. Barang dapat diserahterimakan pada waktu yang disepakati bersama.

Catatan tambahan:
# Makelar hanya mempertemukan antara penjual dan pembeli. Selanjutnya penjual dan pembeli saling berinteraksi. Makelar tidak boleh ikut campur kesepakatan antara penjual dan pembeli.

# Mark up, nota kosong, dan sejenisnya, sama saja menjadi seseorang yang penghianat atau membantu para penghianat, dan sama saja dengan koruptor. Jangan pernah memiliki mindset "Kalau tidak gini, tidak akan laku. Kalau tidak gitu, tidak bisa untung.", dan sejenisnya. (gini, gitu: mengacu pada kegiatan jual beli yang tidak sesuai dengan syari'ah Islam). Padahal, bukankah Allah berdasar prasangka hamba-Nya? Jika manusia sudah berprasangka seperti itu, ya oleh Allah akan dibuat sesuai dengan prasangkanya. Dan pada akhirnya lingkaran kegiatan non-syari'ah akan terus berputar dalam kegiatan bisnisnya.

# Dalam menjalankan bisnis, banyak pelaku bisnis yang dipermudah, tetapi jauh dari Allah. Banyak pula yang dipersulit tapi selalu dekat dengan Allah. Selama ini, orang-orang masih banyak melakukan pembenaran terhadap bisnis yang mereka lakukan. Maka dari itu, cari ilmu yang banyak dan benar agar paham. Sehingga mampu menjalankan bisnis yang benar sesuai kebenaran Allah dan tuntunan Rasulullah. So, think first! Mau melakukan ini itu, Allah bakal ridho, ndak? Bakal makin mendekatkan diri kita kepada Allah, ndak?


"Karena sebenarnya, puncak tertinggi dari berbisnis adalah memperoleh ridho Allah SWT. Bukan keuntungan yang melimpah, apalagi jika tidak berkah."


#ntms
Keep educating ^^
ZIR

Comments