# Dinda
4 Januari
2015
Wellington,
New Zealand
“Hallo... Iya
Bunda… Iya jadi kok Bund… ini aku lagi packing Bund... flight jam 1 siang ini...
iya Bund, tapi baru bisa ke Surabaya tanggal 7 ya Bund, maafkan aku… okay Bundaku
tercinta...”
Musim panas
kali ini tak segan memberikan sinar matahari pagi yang benar-benar hangat dan
membuat diri ini lebih bersemangat. Bagaimana tidak? Akhirnya aku akan kembali
ke Indonesia, setelah satu tahun setengah menempuh pendidikan S2 di salah satu
universitas tertua di kota yang ramah ini. Aku sungguh tidak sabar ingin segera
bertemu dengan Bundaku tercinta, seorang single parent yang sangat strong dan
jarang mengeluh dalam membesarkan dan mendidikku dan adik laki-lakiku yang
cukup jahil. Aku juga tidak sabar ingin segera bertemu dengan teman-teman
seperjuangan dan adik-adik “Rumah Cahaya” yang selalu mengajarkanku banyak hal tentang
kehidupan.
Namun sayangnya,
aku tidak bisa langsung kembali ke Surabaya. Yak, kebetulan aku diundang
menjadi pembicara di salah satu seminar parenting di Jakarta esok lusa. Sebenarnya
aku juga tidak menyangka akan menjadi pembicara bersama dengan ahli parenting Indonesia
yang sudah banyak makan asam garam mengenai hal tersebut, apalagi sudah
memiliki lembaga yang menangani bidang tersebut. Jujur saja aku cukup gugup
mempersiapkan ini semua hingga aku sempat beberapa kali berdiskusi dengan dosen
di kampusku beberapa waktu lalu. Sudah lama sekali tidak berbicara di depan
banyak orang, menebarkan kebermanfaatan dan inspirasi untuk semuanya. Seingatku
terakhir kali aku berada di atas panggung sekitar hampir dua tahun lalu saat
tahun terakhirku kuliah di Indonesia.
Semoga selalu diberikan yang terbaik
oleh Allah ya. Fight-oh, oh!
# Tegar
5 Januari
2015
Jakarta,
Indonesia
Dulu, aku
memulai menekuni bidang event organizer hanya karena ingin dikenal banyak orang
dan satu lagi juga, karena uang. Tapi itu dulu. Sejak mengenalnya semasa
kuliah, aku tersadar bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini bukan hanya
untuk popularitas belaka, apalagi soal uang. Namun lebih dari itu, soal
kebermanfaatan, perjuangan, keikhlasan. Dan aku belajar itu semua darinya. Mungkin
dia tidak mengetahui bahwa aku belajar banyak darinya karena memang aku tidak
pernah membicarakan hal ini dengannya. Kami hanya berteman biasa. Tapi sejak
awal aku memperhatikan tutur biacaranya, sikapnya, usaha-usahanya dalam
memperjuangkan sesuatu, cara berinteraksinya dengan orang-orang di sekitarnya, ketulusannya
menekuni bidang sosial masyarakat, dan lain sebagainya, membuat hati ini merasa
tinggi dan berkata, “mungkinkah dia yang
Tuhan pilihkan untukku?”
Sejak dia melanjutkan pendidikannya ke luar
negeri, aku sama sekali belum pernah berhubungan lagi dengannya, walau hanya
sebatas percakapan singkat di Line atau Yahoo Messangger!, tak pernah. Sejujurnya
aku tidak berani memulai percakapan dengannya. Pengecut? Tidak. Memahami bahwa
dia salah satu perempuan yang selalu menjaga diri, aku hanya ingin berusaha
memantaskan diri ini di hadapan-Nya, hanya ingin berusaha memperbaiki diri ini
terlebih dahulu sebelum benar-benar pantas menjadi sosok yang selalu ada di
sampingnya, jika memang nanti diijinkan begitu.
Tiga bulan lalu, saat aku merasa siap
untuk serius akan hal ini, terdengar kabar bahwa dia akan kembali ke tanah air
awal Januari mendatang. Tepat dengan waktu salah satu event seminar parenting
yang aku dan teman-teman EO-ku adakan di Jakarta. Dan tanpa berpikir dua kali,
aku langsung meminta tolong salah satu temanku untuk memintanya menjadi salah
satu pembicara di sana, karena aku tahu materi ini akan sangat cocok
disampaikan olehnya, dan sangat sesuai dengan jurusan S2-nya di sana.
Aku sungguh
tidak sabar ingin bertemu dengannya.
# Dinda
6 Januari
2015
Jakarta, Indonesia
Alhamdulillah,
seminar kali ini berjalan lancar. Terima kasih Allah :)
Tunggu, sepertinya aku tadi melihat
bentuk punggung itu. Bentuk punggung yang sama seperti sosok yang mulai aku
kagumi beberapa tahun lalu. Ah, tidak mungkin Dinda. Jangan banyak berkhayal ya.
Dan saat aku hendak mengambil minum
yang disediakan panitia di meja di ujung ruangan sana, tiba-tiba ada yang
memanggilku. “Dinda..”
Suara itu. Suara yang sama seperti suara pemilik punggung itu. Aku merasa ingin menutupi wajahku, khawatir sosok tersebut melihat
pipiku yang memerah. “Apa kabar, Tegar?”
Retrouvailles.
ZIR
Surabaya, 17 Juni 2016
Note:
Retrouvailles (French) : perasaan sangat bahagia setelah lama tidak bertemu
hmmm zizi galau muluuu aah
ReplyDeleteWkwkwk aku ndak galau yuud, kan cuma nulis ceritaa :D
Delete