Skip to main content

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Assalamu’alaikum :)
Apa kabar semuanya?
Beberapa hari yang lalu aku mengunjungi tumblr salah satu penulis muda. Yak, Kak Kurniawan Gunadi. Beliau membuat project menulis setiap hari selama bulan Ramadhan dan cukup menginspirasiku untuk kembali menuliskan hal-hal yang sesuai dengan tujuanku memberi nama blog ini “Dew on the Leaf”. Sudah beberapa bulan ini aku hanya membuka blog ini dan ujung-ujungnya tidak jadi menuangkan apa yang ada di pikiran. I was sorry for that.

Jadi, kali ini aku mau sedikit (eh mungkin juga banyak, entahlah hehe) menunjukkan tentang nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga. Berawal dari perjalananku beberapa hari lalu ke suatu tempat di Surabaya, dekat dengan kampusku. Saat aku hendak melewati salah satu traffic light, aku melihat seorang nenek mendorong gerobak sayur sendirian di siang yang cukup terik. Dan hatiku langsung terketuk, aku pun sangat bersyukur dengan kondisiku selama ini yang Alhamdulillah serba tidak kekurangan suatu apa pun. Uang saku selalu dapat dari orang tua tanpa harus bekerja keras seperti itu dahulu, motor yang memudahkanku untuk pergi kemanapun, kost-an dengan fasilitas yang layak, dan fasilitas-fasilitas yang menurutku sudah layak dan tanpa perlu bekerja mencari uang terlebih dahulu untuk mendapatkan itu semua. Sedangkan nenek itu dan begitu banyak orang lain di sekitar kita, di Indonesia, yang masih harus bekerja keras terlebih dahulu hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, berjuang mempertahankan tempat tinggal dari gusuran, dsb. Dan aku pun teringat beberapa ayat Allah pada Surah Ar-Rahman:

from google


“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Dan jika kita baca kembali Suraf Ar-Rahman, ayat tersebut tidak hanya disebutkan sekali, tapi 31 kali. 31 kali, teman-teman. Masya Allah, Allah ingin menunjukkan kepada semua hambanya bahwa nikmat Allah itu sungguh tak terhingga. Namun, jujur saja aku sangat sedih, masih banyak orang, termasuk orang-orang di sekitarku, yang enggan bersyukur, masih meninggalkan ibadah lima waktu, enggan bersedekah dan lebih memilih menghabiskan uang yang mereka punya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, dsb. Padahal begitu banyak nikmat Allah yang sudah diberikan kepada kita semua. Tapi mengapa masih sedikit sekali orang yang mau bersyukur? Pernahkan kita menghitung, berapa juta ton oksigen yang sudah kita hirup sejak lahir hingga sekarang? Berapa ribu bahkan juta liter air yang sudah kita minum, kita gunakan untuk mandi, mencuci baju, dsb? Berapa banyak pencapaian-pencapaian yang sudak kita dapatkan selama ini? Berapa banyak mimpi-mimpi kita yang dulu hanya menjadi sebuah angan dan kini sudah berhasil kita genggam? Berapa banyak pertolongan-pertolongan dari orang-orang di sekitar kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, bahkan orang-orang yang tidak kenal dengan kita, saat kita berada dalam kesusahan? Mampukah kita menghitungnya?

Mungkin ada orang-orang yang masih belum mau bersyukur karena menganggap bahwa Allah belum atau tidak mengabulkan apa-apa yang mereka inginkan selama ini. Seperti yang sudah pernah aku tulis di postinganku sebelumnya, bahwa Allah mengabulkan doa seseorang dengan tiga cara, langsung dikabulkan, dikabulkan di lain waktu yang terbaik menurut Allah, atau tidak dikabulkan namun diganti dengan hal lain yang terbaik untuknya menurut Allah. Dan saat kita mengalami poin kedua ataupun ketiga, hendaknya kita juga tetap bersyukur sekaligus tetap berjuang dan bersabar untuk mencapainya. Kalian tahu, dulu aku sangat ingin masuk ITB hehe, dan ternyata Allah menempatkanku di ITS namun tetap memberikan kesempatan kepadaku untuk mengunjungi ITB, bahkan sudah dua kali. Dua tahun lalu aku hanya bisa mengikuti pelepasan kakak-kakak dan teman-teman Pengajar Tangguh ITS Mengajar for Indonesia (IFI) yang akan mengabdi ke Pulau Mandangin, Madura, dan setahun kemudian, Alhamdulillah aku menjadi salah satu Pengajar Tangguh IFI 2015 bersama 25 temanku lainnya. Dulu aku hanya bisa mendengar dan membaca cerita perjalanan teman-temanku ke luar negeri, membawa nama Indonesia untuk memperjuangkan bidang yang mereka geluti di negeri orang, dan Alhamdulillah insya Allah minggu depan aku akan berangkat ke salah satu negara di kawasan ASEAN untuk mengikuti program culture camp di sana. Dan banyak nikmat-nikmat Allah lainnya yang tidak mampu aku sebutkan satu per satu di sini. Begitu juga dengan kalian, kan? :)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”, kawan?
Masihkah kita enggan bersyukur kepada-Nya?
Masihkah kita rela meninggalkan ibadah lima waktu sebagai salah satu bentuk syukur kita kepada-Nya?
Masihkah kita mengeluh dengan kondisi kita yang sebenernya sudah sangat berkecukupan dibanding orang-orang lain yang hidup di kolong jembatan, di pinggir jalan, dsb?
Masihkah kita enggan tersenyum untuk menerima pencapaian-pencapaian yang sudah kita dapatkan?

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu mesyukuri nikmat Allah ya:) Yuk saling mengingatkan satu sama lain dalam kebaikan dan kebenaran :)


Keep educating and inspiring ^^
ZIR

Comments