Skip to main content

Perjalanan Ini Terasa Sangat..

           Stasiun Gubeng, 15.55
"mbak, beli tiket kereta Penataran yang jam 16.20 satu"
"maaf, sudah habis. tinggal yang jam 18.45"
"alamak habis" mati aku. segera kulihat jadwal kereta yang terpampang di papan di atas loket. dan aku memutuskan untuk membeli tiket yang lain.
"kalo gitu, komuter yang jam 17.35 satu mbak"
"2 ribu mbak" 
"makasi mbak"
            Aku langsung mengeluarkan handphone ku dari saku dan mencari kontak 'Mama'.
"Assalamualaikum Ma. aku sudah beli tiket tapi yang komuter jam 17.35. penataran yang jam 16.20 habis, tinggal yang jam 18.45, tapi aku nggak mau kemaleman. nanti ayah jemput di porong ya ma."
"lo kak, ayah sakit ini. yaudah gakpapa nanti dijemput ayah wes. hati-hati ya kak."
"iya ma"
           Alhamdulillah akhirnya aku akan pulang setelah beberapa minggu tidak pulang ke Pasuruan. Sudah kangen berat sama orang-orang di rumah. senyumku terus mengembang, tak peduli respon orang lain melihatku saat ini. 
           Aku duduk di ruang tunggu depan loket. Malas masuk ke peron karena keretaku masih satu setengah jam lagi. Kuletakkan tas ranselku ke tempat duduk di sampingku dan tas besar ku di lantai depan kakiku. Meskipun aku akan pulang ke Pasuruan hanya 3 hari 2 malam, bawaanku seperti orang minggat. Tiba-tiba aku merasa handphone ku bergetar. Mama menelepon. Ada apa lagi?
"Halo, apa ma?"
"Kak, kamu beli tiket kereta jurusan ke Jember aja ya. kasian ayah kalo jemput kamu ke porong, kejauhan. Nanti di jemput mama di pasuruan. tanya dulu masih ada apa nggak tiketnya."
"lo ma tapi jadwalnya jam 16.10. dan sekarang sudah jam 4."
"coba dulu kak, kasian ayah ini."
"ya udah ma. nanti aku sms."
            Secepat kilat aku menuju ke loket lagi. berharap tiket kereta jurusan Jember yang melewati Pasuruan belum habis. Jantungku berdegup tak karuan. Perasaan takut dan gelisah. Apalagi masih ada 3 orang yang mengantri di depanku. Ya Allah, help me. dan jam sudah menunjukkan pukul 16.03. tibalah giliranku.
"mbak, tiket kereta logawa satu"
"36 ribu mbak" la kok mahal? biasanya naik penataran cuma 4 ribu.
"ini, makasi mbak."
             Allah masih baik sama aku. Ada sesuatu yang keluar dari tubuhku dan membuatku merasa lebih ringan. Lega. Tanpa berpikir panjang aku langsung memasuki peron dan naik kereta Logawa yang sudah 'parkir' dari tadi. Bismillah. Perjalananku naik kereta untuk ke sekian kalinya dimulai. Aku duduk di pinggir. sebenarnya aku lebih suka duduk dekat kaca tapi karena sudah ada orang yang lebih dulu menempatinya, kali ini aku mengalah.
            Kereta yang saat ini aku naiki terasa berbeda dari kereta yang aku naiki biasanya. Ya, dari harganya saja sudah terlihat beda. Maklumlah. Udara di dalam sini lebih segar. Tidak banyak orang yang merokok. Orang yang berjualan makanan, minuman, mainan, dan pengamen pun hampir tidak ada. Hanya saat kereta berhenti di suatu stasiun, ada beberapa orang yang menjajakan dagangannya. saat kereta melaju lagi, mereka tidak ada. Mungkin diusir oleh petugas kereta. Hanya pegawai kereta yang menawarkan makanan dan minuman yang harganya lebih mahal. Sebenarnya aku ingin membeli makanan. Tapi apa daya aku tidak membawa banyak uang. Terpaksa aku menahan rasa lapar ini.
             Aku suka naik kereta, tidak membuatku mual seperti naik bis. Aku suka melihat pemandangan di luar kereta. Jalan raya, mobil, warung, sawah, sungai, hutan kecil, perkampungan, orang-orang berlalu lalang, anak-anak kecil yang bermain, lumpur lapindo, bahkan kereta lain yang berpapasan. Membuatku selalu tersenyum melihat semua itu. Kadang aku bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang kulihat yang belum kumengerti. Tapi belum pernah aku mendapatkan satu jawaban pun, ya karena aku tidak menanyakannya kepada orang lain.
            Kereta yang kunaiki tiba di Stasiun Sidoarjo. Tadi kereta ini hanya berhenti di stasiun wonokromo, tidak berhenti di stasiun waru dan stasiun gedangan. Apa?! Pikiranku mulai tidak karuan. Jantungku lagi-lagi berdegup kencang. Tegang. Aku muali menyadari, sepertinya kereta ini memang tidak berhenti di stasiun kecil. Aku takut. stasiun pasuruan kan termasuk stasiun kecil. Ah tidak. Pasti nanti berhenti di stasiun pasuruan. Mana mungkin mama menyuruhku naik kereta yang tidak akan berhenti di pasuruan?
            Kereta kembali melaju kencang. Aku belum bisa menenangkan pikiranku. Meskipun aku sudah menyugesti dengan kemungkinan-kemungkinan positif, tapi aku belum bisa berhenti memikirkannya. Jujur aku takut. Mungkin orang-orang di sekelilingku melihat perubahan pada raut wajahku. Ah aku tidak peduli. Sumpah, ketakutanku mulai menjadi-jadi. Aku membayangkan jika nanti kereta ini tidak berhenti di stasiun pasuruan dan akhirnya aku turun ke stasiun probolinggo (stasiunnya lebih besar). Lalu aku dijemput oleh ayahku yang sedang sakit, naik sepeda motor juga. Kasian Ayah. Aku juga membayangkan, seandainya kereta ini memang tidak berhenti di stasiun pasuruan, aku akan lompat dari kereta ini saat melewati stasiun pasuruan. Tasku kulempar dulu, kemudian aku lompat. Seperti di film-film. Bodoh. Pasti sakit sekali jika aku benar-benar melakukan hal senekat itu. Ah sudah lupakan.
              Aku berdoa terus sepanjang sisa perjalanan ini. Berharap dengan sangat kereta ini akan berhenti di stasiun Pasuruan dan aku tidak perlu melakukan hal-hal yang aku bayangkan tadi. Detak jantungku masih belum normal. Kereta mulai memasuki stasiun bangil, berhenti di sana. Kereta ini pasti berhenti di bangil, karena dari stasiun bangil bisa ke 2 tujuan, malang atau jember. Aku menengok ke arah jendela. Melihat stasiun bangil. "Apa aku berhenti di sini saja ya? Kalau nanti tidak berhenti di pasuruan, mama masih bisa menjemputku di sini, tidak terlalu jauh dari pasuruan. Kan kasian kalau ayah menjemputku di probolinggo. tapi mama sudah bilang akan menjemptku di pasuruan." Dilema. Tik tok tik tok tik tok ...ting. Aku akan berhenti di pasuruan. Bagaimanapun caranya.
             Kereta logawa melanjutkan perjalanan. Aku berdoa terus dalam hati. Ku lihat ke arah luar jendela. Kereta memasuki pasuruan. Aku mengambil tasku dan berjalan ke dekat pintu. Berdiri sendiri di sana. Kedua pintu di sebelah kanan dan kiriku terbuka. Angin kencang menerpaku tanpa ampun. Mungkin efek laju kereta yang cepat. Aku berpegangan semakin erat, takut jatuh. Aku terus memanjatkan doa. Mataku panas. Efek terpaan angin yang berpadu dengan keinginan menangis. Aku mencoba menahan air mata yang mendesak keluar dari pelupuk mataku. Mengeluarkan kekuatan yang masih ada dalam tubuhku untuk menghadapi keadaan ini. 
            Aku melihat keluar. Hampir sampai stasiun pasuruan. Kereta melambat. Beberapa detik kemudian kereta berhenti di tempat yang kuharapkan. Stasiun Pasuruan. Aku segera turun. Alhamdulillah ya Allah. Aku sangat bersyukur. Allah telah mengabulkan doaku. Atau aku yang terlalu berlebihan? Ah tak peduli, yang penting aku sudah sampai di Pasuruan. 
              Mama, Ayah, Salsa, I'M COMIIIIIIIIIINNGGG!!!!


Comments

  1. Assalaamu `alaikum warahmatullah . saya dari malaysia ingin ziarah semarang , demak, kudus, seterusnya ke pondok gontor di ponorogo dan akhirnya ke pesantren persis bangil pada 30 oktober hingga 6 november 2012.

    Dari Kuala Lumpur , mungkin turun di Semarang atau Jogja. Bagaimanakah yang paling bagus ittinary nya. cadangan saya:

    1. Jogja ke semarang , ada direct bis ke? kalau ada terminal nya di mana dan berapa ongkosnya? ada kereta ke dari jogja ke semarang?
    2. Semarang Demak dan Kudus naik bis ke?
    3. Dari Kudus ke Ponorogo ada bis ke?
    4. Bagaimana kalau dari Kudus ke Solo, kemudian dari Solo ke pondok Gontor di Ponorogo dan dari ponorogo ke persis bangil? Mana yang paling bagus rutenya.

    Sekian makasih. wassalaamu`alaikum warahmatullah

    ReplyDelete
  2. Wa'alaikumsalam warahmatullah
    maaf saya tidak tahu tentang transport ke semarang, demak, kudus, dan pondok gontor. saya hanya tahu transport dari jogja ke bangil

    pertama naik kereta dari jogja ke surabaya, bisa pilih yang ekonomi (jika ingin mengehmat uang, mungkin sekitar Rp 50.000 - Rp 100.000) atau bisnis/executive (jika ada cukup uang, biasanya lebih dari Rp 100.000).
    lalu, dari surabaya beli tiket kereta Penataran ke bangil, harganya Rp 4.000, jadwalnya macam-macam: setengah 8 pagi, setengah 11, jam 3 sore, jam sore, dan jam setengah 7 malam.
    dari stasiun bangil bisa naik becak/angkutan umum ke pondok persis

    ReplyDelete

Post a Comment