Skip to main content

Menatap Asa di Bumi Kalwedo

Deru mesin dan getaran pesawat saat tepat akan mendarat membuatku terbangun dari istirahat singkat dalam serangkaian perjalanan menuju Tiakur, Pulau Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya. Setengah sadar aku melihat ke arah luar jendela, terhampar rerumputan hijau luas seperti permadani yang sayangnya terjal. Dan baru benar-benar tersadar saat turun dari pesawat, dihempas angin kencang yang cukup menggoyahkan pijakan kaki di landasan udara, bahwa untuk pertama kalinya gadis yang jarang bisa bepergian ke mana saja ini melangkahkan kaki di salah satu tanah di wilayah timur Indonesia. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.. Nikmat Allah mana yang mampu aku dustakan?

Sesaat setelah turun dari Pesawat Trigana di Bandara Pulau Moa (dari kiri:Udin - Klaudia - Falah - Ayu - Zizi - Ika - Tuti - Akbar)

Tidak hanya itu, sesaat aku dan teman-teman kebingungan tidak tahu harus ke mana di bandara yang kami rasa seperti gedung perkantoran biasa, kami tersadarkan oleh tulisan “Selamat Datang PM XVI di Bumi Kalwedo” yang digantungkan di tali pembatas area parkir, tepat di seberang pintu keluar kedatangan, sehingga kami bisa membacanya dengan jelas. Terharu? Iya. Tetapi lebih tepatnya antara bahagia dan semakin bingung. Bahagia ternyata ada sambutan kecil yang menggetarkan hati, namun bingung siapa yang menyambut kedatangan kami. Orang-orang yang sedang berdiri di sekitar kami? Atau tim Dinas Pendidikan yang kebetulan Bapak Kepala Dinas Pendidikan tadi satu pesawat dengan kami? Atau siapa? Hmm.. Memang benar adanya, ketidakpastian adalah kepastian itu sendiri, termasuk ketidakpastian siapa yang menyiapkan semua ini.

Setelah menunggu ketidakjelasan sekian waktu, keluarlah Kakak-kakak Pengajar Muda Angkatan XIV dari tempat persembunyian mereka setelah Bapak Kepala Dinas Pendidikan memberi bocoran kepada kami agar salah satu dari kami menghampiri sebuah mobil elf merah yang ditunjuk beliau di ujung area parkir. Dan kehebohan pun dimulai. Perkenalan singkat (baru kami ketahui saat sesi perkenalan sore harinya bahwa ternyata Kakak-kakak saling bertukar nama) yang berujung pada bergoyang bersama khas Maluku Barat Daya dan foto bersama, di mana lagi jika bukan di area parkir, tidak peduli dilihat orang-orang dari berbagai arah. Sungguh hari pertama yang menyenangkan dengan Kakak-kakak yang superbaik. Terlebih lagi menu makanan perpaduan masakan Jawa dan Sulawesi yang disediakan selalu lezat. Terima kasih, Kakak-kakak Pengajar Muda XIV Maluku Barat Daya. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin.. Nikmat Allah mana yang mampu kami dustakan?

***

Yak, memang baru hari pertama kami menginjakkan kaki di Bumi Kalwedo, bagian kecil tanah air Indonesia yang kaya akan sumber daya alam yang beberapa ragamnya belum pernah aku temui di tanah kelahiran dan tempat tinggalku (atau bisa jadi aku yang belum mengetahuinya ._.), kaya akan kebaikan dan keramahan masyarakat lokalnya, kaya akan budaya dan toleransi beragama, kaya akan keindahan alam yang belum terjamah oleh kebanyakan tangan-tangan usil manusia. 

Dan aku berusaha merentangkan tangan ke atas, menatap jauh ke depan, melayang dalam pikiran tentang satu tahun ke depan yang bukan hanya untuk diri kami sendiri, satu tahun waktu kami yang akan kami sediakan untuk anak-anak dan masyarakat di sekitar kami, satu tahun bersama kebaikan-kebaikan yang terus tumbuh dan berkembang dari berbagai arah, satu tahun yang sesungguhnya menjadi pembelajaran untuk diri kami terlebih dahulu, satu tahun tentang harapan-harapan dalam hati kecil ini dan mungkin juga harapan-harapan anak-anak didik kami. Satu tahun yang semoga penuh warna, menjadi sepenggal cerita indah untuk dikisahkan kembali kepada anak cucu kami kelak.

Yak, memang baru hari pertama kami menginjakkan kaki di Bumi Kalwedo. Semoga perjuangan mulai hari ini selalu menjadi lillah agar tidak pernah ada kata lelah yang keluar dari mulut, pikiran, dan hati kami, bagaiamanapun kondisi yang akan kami hadapi.


Tiakur, 16 Mei 2018.
Salam Kalwedo!!

Comments