Skip to main content

Ayah

Izinkan aku mengatakan bahwa hingga saat ini, Ayahku-lah satu-satunya laki-laki paling romantis yang aku temui.

Tidak dapat aku pungkiri, Ayah termasuk orang yang berwatak keras, tegas, sering kali memaksakan kehendak kepada Mama maupun kedua anak perempuannya. Namun Ayah juga tidak jarang menunjukkan kelembutan hatinya bagai karakter Hello Kitty.

Sejak aku kecil, Ayah yang selalu mengantarkanku mendaftarkan sekolah. Pernah waktu itu Ayah mengajakku mendaftarkan diri ke salah satu SD terbaik di kotaku meskipun seingatku sudah melewati batas waktu pendaftaran dan Kepala Sekolah mengaku bahwa kuota sudah penuh. Namun, Ayah tetap memperjuangkan agar aku dapat diterima di SD tersebut, dengan menunjukkan prestasi-prestasi yang telah aku raih selama aku TK.

Ayah yang mengantarkanku mendaftarkan diri ke SMA di Bangil dan di Surabaya. Ayah yang selalu menemaniku menjalani proses seleksi di dua sekolah tersebut. Meskipun Ayah harus tukar shift kerja bahkan sempat pula mengambil jatah cuti. Ayah yang akhirnya sangat mendukungku untuk bersekolah di Surabaya meskipun harus tinggal berpisah dariku, anak perempuannya yang paling dekat dengannya.

Ayah juga yang memboyong Mama dan Adik ke Surabaya beberapa hari untuk menemaniku menjalani SBMPTN, ujian masuk ke universitas negeri. Masih teringat begitu jelas beliau mengatakan hanya kepadaku, "Kak, kamu itu duta keluarga. Harus semangat ya mengerjakan tes besok pagi. Ayah, Mama, Adik, di sini mendukung penuh kamu. Di manapun nanti kamu dierima, kamu tetap duta keluarga", sore hari menjelang pelaksanaan SBMPTN keesokan harinya. Hingga akhirnya, Ayah juga yang menemaniku melakukan daftar ulang mahasiswa baru di ITS sampai selesai.

Ayah juga hampir selalu menyempatkan diri menemuiku di kos bahkan di kampus saat Ayah ada keperluan ke Surabaya. Ayah yang selalu berinisiatif mengantarkanku ke tempat seleksi/lomba tertentu, meskipun jaraknya jauh dari rumah dan lagi-lagi harus menukar jadwal shift kerja/mengambil cuti. Ayah yang selalu ingin menjadi pendukung pertamaku dalam berbagai perjuangan baikku.

Bagaimana bisa tidak kusebut romantis? Wong sampai saat ini hanya Ayah yang paling bisa bersikap begitu kepadaku.

Namun kini, aku merindukan sosok Ayah yang mendukung 100% niat baik yang ingin aku lakukan. Beliau merasa bahwa aku mengambil satu keputusan besar ini secara main-main. Padahal, tidak, Ayah. Bukan begitu. Bukan berarti aku tidak menyayangi Ayah, Mama, dan Adik. Aku ingin Ayah percaya, Allah akan melindungiku di manapun aku berada selama aku selalu berusaha menebarkan kebaikan dan manfaat untuk banyak orang. Aku hanya butuh dukungan penuh dari orang-orang tersayang, sebuah dukungan yang tanpa syarat dan tidak diungkit berulang-ulang.

Ayah, yang waktu itu mengantarku ke bandara untuk menjalani tes kerja di luar pulau

#randomtalk
ZIR

Comments