Skip to main content

Belajar dari Seekor Gajah

Simon terbangun. Dia merasa sangat lemas. Dilihatnya sebuah rantai yang sangat besar dan kuat terikat pada salah satu kakinya. Ujung lain rantai tersebut terikat pada batang pohon yang begitu besar dan tinggi. Dia tidak tahu siapa yang tega mengikat kakinya dengan rantai besar itu. Dia mencoba menarik kakinya yang terikat rantai. Dicobanya sekali, gagal. Dua kali, gagal. Berkali-kali mencoba, selalu gagal. Simon merasa semakin lemas. Dia lapar. Perut besarnya seakan-akan berteriak meminta makan. Dia ingin mengambil daun-daun pada pohon di dekatnya, namun pohon itu terlalu tinggi untuk digapai oleh belalainya. Tanah di sekelilingnya pun jarang ada rumput yang bisa dimakan, terlalu gersang. Simon memutuskan untuk kembali tidur agar tidak terlalu merasa kelaparan.

Grsk, grsk! Simon mendengar suara gesekan. Tapi dia malas untuk membuka kelopak matanya yang sipit untuk memeriksa suara itu. Mungkin hanya rusa lewat, pikirnya. Namun, suara itu semakin lama semakin jelas terdengar olehnya. Karena penasaran, dia pun berusaha membuaka matanya. Dilihatnya seorang laki-laki tua berjalan ke arahnya dengan membawa sekarung rumput dan seember air. Ada makanan! , batin Simon. Ya benar, laki-laki tua itu meletakkan rumput dan ember berisi air yang dibawanya di depan Simon. Tanpa berpikir panjang, Simon memakan semua rumput itu dan meminum airnya hingga habis. Ah kenyang. 

Setiap hari Simon selalu berusaha untuk menarik kakinya yang terikat oleh rantai. Dia ingin bebas berjalan seperti dulu. Tapi sayangnya setiap usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil. Ah, mungkin aku memang tidak sekuat dan sehebat dulu, pikirnya. Dan setiap hari pun, laki-laki tua itu membawakan rumput dan air untuk Simon. Beliau memperlakukan Simon dengan sangat baik. Simon pun berpikir bahwa dia merasa sangat dimanja dan diperhatikan oleh laki-laki tua itu. Dia tidak perlu bersusah payah berjalan ke sana kemari untuk mencari makan dan minum. Dia yakin bahwa laki-laki tua itu akan selalu membawakan makanan dan minuman untuknya. Sehingga dia tidak pernah lagi berusaha untuk melepas rantai yang terlilit di kakinya. Dan suatu saat, laki-laki itu melepas rantai di kaki Simon dan menuntunnya ke suatu tempat, tepatnya ke pusat pelatihan gajah.

***

Nah teman-teman, itulah cara pawang gajah membuat jinak gajah liar. Oiya, sebelum pawang gajah mengikatkan rantai pada kaki gajah, pawang gajah membius gajah yang akan dijinakkan tersebut. 

Well, kita dapat mengambil pelajaran dari cerita di atas. Bahwa sebenarnya kita semua memiliki potensi masing-masing yang dapat kita kembangkan jika kita benar-benar berniat mengembangkannya dan membuat kita merasa Yes, this's me! . Namun seringkali kita masih merasa kurang percaya diri karena adanya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan di sekitar kita. Seperti Simon tadi, dia sebenarnya tahu bahwa dia kuat, namun karena adanya rantai di kakinya dan laki-laki tua yang selalu membawakan makanan untuknya, dia mulai merasa bahwa kekuatannya mulai berkurang. Sehingga dia merasa tidak perlulah aku bersusah payah, wong dengan berdiam diri saja aku sudah dapat makan. 

So, yakinlah bahwa Allah telah memberi kita potensi yang sangat luar biasa untuk kita kembangkan. Dan marilah kita berusaha maksimal untuk mengembangkan potensi yang kita miliki sehingga dapat bermanfaat untuk seluruh umat. :)


Referensi: Kubik Leadership

Comments