Malam yang pengap. Forum diskusi mengenai salah satu kegiatan penting organisasi terasa semakin panas. Ditambah pula kesalahan tim tertentu beberapa waktu sebelumnya memicu pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan di sana semakin bernada tinggi dalam berbicara. Padahal forum itu dilaksanakan di salah satu tempat yang biasanya selalu menyejukkan hati dan pikiran dari hal-hal duniawi. Ungkapan penyesalan, permohonan maaf, pembelaan, semakin memenuhi ruang sempit terapung itu. Air yang mengalir di bawahnya dan nyanyian serangga di luar sana tak mampu menyaingi suara-suara kami.
"Kalau begitu, saya ijin mengundurkan diri saja Mas, Mbak, dari amanah ketua ini." Ketua golongan pertama mengutarakan maksud pengunduran dirinya secara tiba-tiba.
Sungguh ucapannya seakan-akan membuat ruangan berkayu lebih baik meleburkan dirinya dalam api daripada harus mendengarkan tanggapan manusia-manusia di dalamnya. Karena golongan kedua dan ketiga langsung meluncurkan rudal berkecepatan tinggi yang mampu memporakporandakannya dalam sekejap.
"Kalau kamu mengundurkan diri, siapa dari kami yang akan menggantikanmu? Kamu, salah satu pihak yang suaranya didengar oleh mereka saja, hasilnya seperti ini. Apalahi kami, suara kami tidak pernah didengar oleh mereka!" Ujar para anggota golongan pertama.
========================================================================
Oke, cukup sekian ya ceritanya hehe. Saya memang tidak bermaksud untuk menceritakan secara detail apa yang sebenarnya terjadi di forum yang saya datangi waktu itu. Saya sebenarnya ingin menitikberatkan pada percakapan terakhir yang diucapkan oleh pada anggota golongan pertama. Seakan-akan terdapat kasta yang membatasi golongan manusia tertentu untuk berpikir dan menyampaikan pendapat mereka secara bebas namun tetap dalam batas kebaikan. I think, we should not say that if we are human. Human that have mind and intelligence from Allah to determine what we should think, say, do, and so on. Human that have eyes to see, ears to listen, and mouth to talk.
Mungkin kita perlu mengingat kembali kisah rantai kaki gajah yang sudah pernah saya tuliskan sebelumnya. Intinya, seekor gajah dengan rantai gajah yang selalu membelenggunya akan terus terlena tanpa perlu mencari makan sendiri dengan bebas lagi karena sang pawang akan selalu datang dan membawa makanan enak untuknya. Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah rantai gajah tersebut bahwa manusia yang terus merasa dirinya kurang, kurang menggali kelebihan/potensi dirinya, akan terus terlena untuk tidak memaksimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Padahal sebenarnya Allah telah memberikan kelebihan/potensi kepada setiap manusia untuk benar-benar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, hingga mampu menebarkan dampak baik bagi dirinya sendiri terlebih bagi sekitarnya.
So, jangan pernah katakan bahwa suara kita, pendapat kita tidak akan pernah didengar oleh orang-orang di sekitar kita. Instropeksi diri juga sangat dianjurkan lhoo, mungkin yang kita ucapkan selama ini mengandung hal-hal yang kurang baik, kurang penting untuk disampaikan, atau yang membuat orang lain tersinggung, sehingga orang lain enggan mendengarkan. Atau jangan-jangan malah sebenarnya rasa takut dan kurang pede kita sendiri yang menghambat kita untuk menyuarakan pendapat kita hingga kita merasa kurang didengar, padahal kita belum menyampaikan secara seluruhnya hehe. Yuk perbaiki ucapan-ucapan kita, tingkatkan kepercayaan kita saat berbicara di depan orang lain, terutama orang banyak, sampaikan dulu jika menurut kita baik dan benar. Jika masih "ah eh" atau kurang lancar, coba buat catatan dan kerangka berpikir yang tepat. Coba gali lagi potensi-potensi yang ada di dalam diri kita, tunjukkan bahwa kita mampu bersuara menyebarkan kebaikan dan kebenaran kepada orang-orang lain. Bukankah kebaikan dan kebenaran sudah seharusnya kita sebarkan kepada semua orang tanpa terkecuali? :)
Let's speak up and spread goodness!
Keep educating and inspiring ^^
ZIR
Comments
Post a Comment