7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun,
seterusnya, tak henti kita sebut doa-doa di dalam ibadah kita dan saat-saat
lainnya. Berharap seluruh doa tersebut berhasil naik menembus langit menuju
Sang Maha Penerima Doa dan turun kembali dalam bentuk yang diinginkan
makhluk-makhluk tak lelah berdosa di bumi. “Makhluk-makhluk tak lelah berdosa?”
Iya, kita, manusia, siapa lagi kalau bukan manusia.
Sadarkah kita bahwa selepas kita memanjatkan doa-doa pada
Sang Pencipta dengan harapan Allah langsung mengabulkan apa yang kita pinta,
Allah malah memberikan tantangan kepada kita untuk bisa mendapatkannya? Mungkin
memang tidak semua jawaban atas doa kita akan berbentuk seperti ini. Namun,
sadarkah kita bahwa dari apa-apa yang kita doakan, apa-apa yang kita pinta,
Allah tidak menginginkan kita menjadi ‘pengemis’ belaka, menjadi sosok pemalas
yang hanya rajin berdoa tanpa melakukan usaha untuk mendapat jawaban atas
doa-doa tersebut. Sadarkah kita bahwa selama ini kita lebih banyak menjadi
‘pengemis’ dibanding menjadi ‘pengusaha’ atas doa-doa yang kita selipkan di
setiap ibadah kita?
source: www.google.com |
Saat kita ingin menjadi orang yang sabar, Allah malah
memberikan berbagai macam cobaan kepada kita. Ingatkah apa reaksi kita saat
mendapat cobaan-cobaan tersebut? Bukankah kita lebih banyak mengumpat,
menyalahkan orang-orang dan lingkungan sekitar kita, mengacaukan apa yang
seharusnya diluruskan? Bukankah seharusnya kita tetap bersyukur, berusaha
menghadapi bahkan menyelesaikan cobaan-cobaan tersebut? Hingga kita memperoleh
puncak tertinggi dari makna SABAR yang kita inginkan.
Saat kita ingin dijauhkan dari berbagai macam
penyakit hati, Allah malah mendatangkan orang lain yang jauh lebih unggul dalam suatu hal di hadapan kita dibandingkan
kita yang masih belum mencapai tahap ke-expert-an
orang tersebut. Bukankah kita malah mencari-cari kesalahan orang tersebut
hingga kita merasa dengki dengannya? Bahkan kita mengungkit-ungkit dan
menyebarluaskan keburukan orang tersebut kepada orang-orang yang dia kenali,
hingga keunggulan yang dimiliki orang tersebut tak lagi menjadi perbincangan di
keseharian kita. Bukankah seharusnya kita senang dengan keunggulan yang
dimiliki orang lain? Bahkan kita pun bisa meneladani kebaikan-kebaikan yang
dilakukannya sehingga sama-sama menabung untuk saham surga dan mencapai puncak
tertinggi dari makna JAUH DARI PENYAKIT HATI yang kita inginkan. Bukan malah
iri hati dan dengki hingga mengikis lapisan kebaikan yang telah terpupuk di
dalam hati kita. Na’udzubillah..
Jangan mau jadi ‘pengemis’ doa hei kawan ^^
Yuk kita sama-sama tunjukkan pada Allah bahwa kita
mampu menjadi ‘pengusaha’ atas doa-doa yang kita sematkan dengan menghadapi dan
menuntaskan jawaban sementara atas doa-doa tersebut hingga mencapai puncak
tertinggi dari jawaban doa-doa kita yang sebenarnya. Dan, yuk tunjukkan juga
pada Allah bahwa menjadi ‘pengusaha’ doa juga berarti menjaga hati, ucapan,
pikiran, perbuatan, pendengaran, penglihatan, dan seluruh langkah kita sesuai
dengan jalan-Nya, hingga Allah benar-benar mempercayakan doa utama kita pantas kita dapatkan :)
Bismillah, semoga selalu dikuatkan, innallaha ma’anaa ^^
Keep educating
and inspiring ^^
ZIR
Comments
Post a Comment