Skip to main content

Mana 'Tempat Pulang'-ku?



teng..teng..teng..teng!!!!
Pukul 7 pagi. Bel tanda masuk kelas berbunyi. Mereka berjalan cepat melewatiku, ada yang setengah berlari sambil membetulkan dasi, ada juga yang berlari tergopoh-gopoh membawa tumpukan tugas yang harus segera dikumpulkan. Aku. Berjalan gontai melewati koridor suram ini menuju kelas di ujung depan sana yang serasa berkilo-kilometer jauhnya.  Koridor ini selalu suram, sama seperti suasana hatiku yang sedang suram, muram, sendiri. Bagaimana tidak? Dia tidak muncul beberapa waktu ini. Dia yang selalu ada di sampingku, dia yang selalu setia mendengarkan celotehanku, mendengarkan semua cerita dan mimpi-mimpi gilaku, bahkan di saat aku sedih pun, dia seperti tidak tega membiarkanku terpuruk sendiri, dia selalu memberiku solusi cemerlang yang membuatku terkejap-kejap dan segera melakukan apa yang dia sarankan, and it always work. Dan sekarang, dia menghilang begitu saja. Entahlah, tak ada kabar. Sulit sekali menghubunginya. Jujur aku ingin sekali mengunjungi rumahnya untuk mengetahui apa yang terjadi padanya. Tapi dari dulu dia selalu melarangku untuk mengunjungi rumahnya. Sungguh ini sangat menyiksaku, Tuhan. 

Aku sudah sampai di pintu depan kelasku. Aku masuk dengan sangat malas dan langsung menuju bangku paling belakang, bangku favorit kami berdua. Lihat, bangku itu masih kosong! Ya, mungkin dia tidak datang lagi. And it means that aku harus duduk sendiri lagi dan berdiam diri seharian sepanjang pelajaran. Mereka mengajakku untuk duduk bergabung dengan mereka dan lagi-lagi aku menolaknya. Mereka berbeda. Tak ada yang sama dengannya. Tak ada yang sama dengan tatapan matanya yang begitu melekat, senyum manisnya yang selalu membuatku ingin tersenyum juga, kalimat-kalimat penyemangat, solutif, dan menghibur yang keluar dari mulutnya, dan semua hal yang ada pada dirinya. Tak ada yang sama dengan 'tempat pulang'-ku yang satu itu. 

Sesekali aku melihat ke arah pintu kelasku, berharap dia datang terlambat, membuka pintu itu dan langsung menuju bangku paling belakang, tersenyum lebar ke arahku, duduk bersamaku seperti biasanya. Tapi nihil. Sudah pukul 8 lewat, dan tidak ada seorang pun yang membuka pintu itu kecuali guru Sejarahku yang selalu mendongeng tidak jelas saat pelajaran. Oh, sepi sekali tanpanya. Di mana dia, Tuhan? Aku sungguh ingin bertemu dengan 'tempat pulang'-ku, bercerita tentang apa saja, bermain bersama, bercanda tawa bersama, melihat isi kotak impian kami (yang hampir setiap hari kami lakukan), memberi makan dan memandikan Kitty, melakukan segala sesuatu bersama tak kenal lelah dan waktu. Tuhan, aku benar-benar merindukannya..

Comments